21. Peran penting

2.2K 295 27
                                    

Suasana kantin yang semula sepi kini terdengar riuh hanya dengan kehadiran empat orang siswa yang saling melempar candaan selama menunggu pesanan makan siangnya datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suasana kantin yang semula sepi kini terdengar riuh hanya dengan kehadiran empat orang siswa yang saling melempar candaan selama menunggu pesanan makan siangnya datang. Cukup membuat Caka menarik atensinya pada sekelompok siswa yang memang mejanya bersebelahan dengan Caka sekarang ini, hanya terpisah satu meja saja. Butuh beberapa saat bagi Caka untuk mengamati satu per satu wajah dari sekelompok siswa itu hingga maniknya berakhir pada satu sosok yang terlihat sangat aktif diantara kelompok itu. Suaranya yang mendominasi dan mengundang tawa di setiap cerita yang keluar dari mulutnya. Tak jarang Caka juga turut menyunggingkan senyumnya. Berusaha menahan tawanya meskipun ia sangat ingin untuk ikut tertawa bersama.

"Bang Harsa itu orangnya ceria ya..."

"Lo tahu abang gue?" tanya Caka yang kini menaruh atensinya pada Jilan yang duduk dihadapannya. Cukup membuat Caka terkejut atas penilaian yang baru saja keluar dari mulut Jilan mengenai saudaranya. Sebab seingat Caka, ia belum pernah mengenalkan Harsa pada Jilan.

"Gue tahu abang lo," jawab Jilan yang masih melemparkan pandangannya pada sekelompok orang yang tadinya heboh, sekarang sudah mulai mereda ketika pesanan makan siang mereka datang. Sontak membuat Jilan terkekeh, agaknya mereka-Harsa dan teman-temannya itu akan senyap ketika mulut mereka sudah disumpal dengan makanan.

"Bang Harsa yang datengin gue duluan ke kelas,"

"Ngapain?"

"Ada lah, bisnis. Rahasia..."

Caka yang baru saja memasukkan satu sendok nasi goreng ke dalam mulutnya, melemparkan tatapan penuh curiga pada Jilan sembari mengunyah makanan di dalam mulutnya. Hal itu lantas membuat Jilan tergelak, lalu menggelengkan kepalanya. "Bukan apa-apa."

"Bukan apa-apa, tapi kenapa harus dirahasiain..." kesal Caka yang kembali melahap nasi gorengnya.

"Abang lo terlalu baik untuk lo curigain, Caka..."

Caka tak menjawab, ia memilih untuk melahap suapan terakhir nasi gorengnya dan kemudian meminum segelas air putih sembari mendengarkan Jilan yang kembali bersuara.

"Selama lo absen, bang Harsa dan teman-temannya selalu menghampiri gue yang lagi sendirian nungguin pesanan makan siang. Mereka kayak nggak ada malu-malunya di depan gue," ungkap Jilan yang kemudian terkekeh ketika mengingat kembali bagaimana hari-harinya kemarin. Dimana Harsa dan teman-temannya ikut duduk bersama Jilan dan menikmati makan siang bersama. Mereka sama sekali tidak ada jaga image di depan Jilan atau bersikap sok senior, sama sekali tidak. Melainkan bersikap selayaknya seorang teman ataupun saudara yang menjaganya.

"Mereka kalau lagi kumpul emang gitu. Padahal cuma berempat, tapi hebohnya sekampung," ucap Caka setelah membersihkan mulutnya dengan tisu. Saking hebohnya, Caka pernah mengusir paksa Harsa dan teman-temannya itu keluar dari rumah. Sebab waktu itu Caka sedang fokus-fokusnya belajar untuk persiapan ujian akhir, sedangkan mereka malah sibuk bermain game dan karaoke.

DI BALIK HARSA || HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang