32. Matahari yang tenggelam

2.2K 304 47
                                    

"SELAMAT PAGI SEMUANYAAAA!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"SELAMAT PAGI SEMUANYAAAA!"

Suara yang terdengar sangat riang itu segera menarik atensi seisi kelas. Menatap maklum ketika menemukan eksistensi Harsa di ambang pintu kelas bersama dengan senyum cerahnya. Tak heran, terkadang kalau lagi mood Harsa pasti akan bersorak seperti itu setiap pagi, jadi seisi kelas memakluminya.

Hanya beberapa detik setelahnya, mereka yang tadinya dikejutkan oleh Harsa, kembali larut dalam kesibukan masing-masing. Kesibukan yang membuat setiap insan yang ada di dalam kelas itu mendadak datang lebih awal. Apalagi kalau bukan menyalin tugas kimia yang kemarin baru saja diberikan dan hari ini harus dikumpulkan. Pokoknya sebelum Pak Bambang datang, buku tugas harus sudah terkumpul di meja guru.

"Cerah bener lo, Sa. Bau-baunya tugas lo udah kelar nih," sahut salah satu anak yang tampak sibuk menyalin buku seseorang dari bangku belakang.

"Oh, iya dong!" jawab Harsa dengan bangga. Tentu saja ia tersenyum cerah pagi ini setelah semalam mengerjakan tugas kimia yang banyak itu dengan susah payah. Untungnya semalam Mavin memberikan banyak masukan untuknya, hingga malam itu Harsa jauh lebih tenang dalam mengerjakannya.

Harsa kemudian melanjutkan kembali langkahnya menuju bangkunya yang kini sudah terlihat seperti posko bantuan. Ada banyak orang yang berkerumun disana dan sudah bisa Harsa tebak kalau sumbernya pasti berasal dari Jerry.

Di pertengahan langkahnya, Harsa memberi isyarat pada Jerry agar tidak memberitahu anak-anak itu kalau Harsa akan menjahili mereka. Jerry mengangguk dengan senyum yang tertahan. Padahal Harsa belum mulai lho.

"Pak Bambang datang woi!" seru Harsa yang seketika membuat kerumunan itu menoleh. Wajah-wajah panik itu dengan cepat menggencarkan pandangannya ke segala arah hingga berakhir menatap Harsa dengan kesal.

"Jangan ngagetin dong, Sa. Tugas gue belum kelar nih," kesal Juna yang juga menjadi bagian dari kerumunan itu.

Harsa yang masih terkekeh lantas mendaratkan bokongnya di bangku Nana yang masih kosong. Kebetulan anak itu masih belum datang dan Harsa yakin kedatangan anak itu pastinya akan berbarengan dengan bunyi bel masuk.

"Lagian salah lo. Kenapa nggak dikerjain di rumah." Harsa kembali bersuara. Beginilah kalau tugas sudah selesai, hidup jadi sedikit lebih tenang dan juga bebas. Bebas untuk mengganggu Juna yang sedang ketar-ketir menyalin jawaban tugas Jerry.

"Eh, jangan salah. Gue semalam ngerjain ini mati-matian loh. Ini Cuma sisa beberapa doang," katanya tampak tak terima dan kembali melanjutkan tugasnya.

"Acha kan ada, kenapa lo nggak nanya ke dia?" Kebetulan yang sangat tepat sekali, dari arah pintu kelas terlihat Acha yang baru saja tiba, tampak tergesa-gesa menuju bangkunya yang ada di barisan paling depan.

"Masalahnya..." Suara Juna kembali menarik atensi Harsa. "Itu anak juga kagak paham, Sa. Lihat aja bentar lagi juga palingan dia kesini buat nanya ke Jerry," kata Juna sembari menutup buku tugasnya dengan sedikit bertenaga, seolah ada bentuk pelampiasan disana.

DI BALIK HARSA || HAECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang