75. Baikan

22 5 3
                                    

Ran menghela nafasnya pelan. Menatap ke sekeliling nya dengan perasaan lelah. Sudah lama dia tidak berada di tempat ini. Tempat dimana dirinya bertemu dengan Putra. Alam mimpi nya.

Padahal Ran sedang tidak ingin bertemu dengan Putra sekarang. Kan ceritanya dia sedang marah pada laki-laki itu. Masa iya sih harus ketemu begini.

"Ran?"

Nafas Ran tercekat ketika mendengar suara yang sangat familiar di telinganya. Suara yang sangat dirindukan oleh Ran. Suara pria yang sangat Ran cintai di muka bumi ini.

"Papah?" Ran langsung memutar badannya untuk melihat kearah sumber suara.

Dan benar saja. Disana, di depan Ran sudah ada papah nya yang tengah berdiri sembari memasang senyum manisnya.

Dengan cepat, Ran langsung berlari mendekati sang papah dan dengan segera memeluk Zhacky erat. Pelukan rindu seorang anak perempuan kepada papah nya yang sudah lama tidak bertemu. Ran benar-benar rindu pada Zhacky.

"Sudah lama tidak bertemu, ya?" Tanya Zhacky sembari membalas pelukan Ran.

"Papah apaansih, kok cara bicaranya kayak lagi sama kolega aja" Ucap Ran merajuk.

Zhacky tertawa mendengar penuturan Ran. Ah, tawa ini yang selalu Ran rindukan setiap harinya.

"Anak papah apa kabar? Kayaknya kamu nambah kurus, ya?"

"Ran diet" Balas Ran sekenanya.

"Waduh, anak papah udah mulai bisa bohong, ya?" Ucap Zhacky sembari sedikit menjauhkan tubuh Ran agar bisa menatap wajah cantik milik anak sulungnya itu.

Ran mengerucutkan bibirnya. Bagaimana bisa papah nya ini tau kalau dia berbohong. Ran memang sedang tidak dalam masa diet. Tapi, karena Putra lah nafsu makannya jadi hilang begitu saja dalam beberapa hari belakangan ini.

"Sayang, kamu mau dengerin papah gak? Papah mau kasih tau kamu sesuatu" Ujar Zhacky lembut.

"Tentang apa, pah?"

Diusap nya pelan rambut Ran kebelakang. "Tapi janji, jangan dipotong ya cerita papah"

Ran mengangguk mengiyakan. Terlalu penasaran dengan apa yang akan papahnya itu ceritakan.

"Bukan Putra pelakunya, sayang"

Tuhkan, Zhacky tuh tau aja apa yang ganggu pikiran Ran belakangan ini.

"Itu kemauan papah sendiri. Papah memilih untuk melindungi Putra saat itu. Derry, dia mencoba membunuh Putra yang masih sangat kecil pada saat itu" Jelas Zhacky dengan pelan.

"Tap--"

"Eit, gak boleh dipotong" Ucap Zhacky memotong ucapan Ran. "Putra sama sekali tidak salah. Ini semua takdir Ran. Bahkan, sampai sekarang Putra masih harus membayar semuanya kok" Lanjut Zhacky diakhiri dengan senyuman.

Ran mengangkat satu alisnya. Tanda tidak mengerti akan ucapan Zhacky yang barusan.

"Maksud papah, Putra harus membayar semuanya dengan menggantikan papah untuk menjaga kamu. Sebelum kasus Hans selesai, kalian berdua masih terikat satu sama lain. Sudah tugas Putra untuk menjaga kamu, Ran. Menggantikan papah" Jelas Zhacky panjang.

Ran terdiam sejenak. "Tapi, kalau aja papah gak nyelamatin Putra, papah pasti masih hidup dan bisa langsung menjaga Ran"

Zhacky tersenyum lembut sembari menggeleng pelan. Tangannya kembali mengusap rambut Ran dengan sayang. Ternyata anak sulungnya ini masih belum paham.

"Ran percaya takdir?" Tanya Zhacky.

Ran mengangguk yakin. Bagaimana bisa dia tidak percaya akan takdir?

DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang