8. Realita yang menyakitkan

745 42 0
                                    

" ayo put...kita berangkat"

" o...oke?"

Setelah lama menunggu Ran, akhirnya perjuangan Putra tak sia-sia...entah apa yang akan direncanakannya kali ini. Di perjalanan Putra dan Ran masih sangat canggung...

" Ehhmm Ran?" Tanya Putra ditengah-tengah bising nya lalu lintas

" hmm" jawab Ran dingin

" gue mau..."

" mau minta maaf? Nanti ajh disana"

" oke "jawab Putra singkat

Setibanya di tempat itu. Seperti biasa mereka disambut dengan air danau yang tak bergerak. Dan beberapa daun daun yang tertiup angin sore menerjangnya.

Tanpa basa basi Putra langsung duduk dan membuka mulut untuk berbicara.

" Ran maafin gue ya...yang tadi itu bukan maksud gue berkata begitu" Putra menoleh kepada Ran dan mulai memasuki topik pembicaraan

" terus " Ran mulai duduk di samping Putra.

" ya gue bilang begitu karena gue tau si maya suka sama gue"

" geer "

" beneran deh...lo kan tau dia anak nya nekat...gue takut dia nembak gue"

" yah terus?"

" lo gak marah kan?" Tanya Putra lebih meyakinkan

" engga kok" Ran berusaha tersenyum sekuat mungkin. Walaupun Ran tau kalo dia mencoba tersenyum akan lebih menyiksa dirinya lebih dari ini.

Gue gak boleh nangis di depan Putra...sabar...kuat...tahan Ran ayo lo bisa... Ran mencoba menguatkan dirinya tapi semua nya sia-sia kini tangis Ran memecah...membuat keheningan diantara mereka. Berhasil membuat Putra tertegun.

" Ran lo kenapa?" Tanya Putra khawatir yang disambut dengan gelengan Ran cepat. " lo nangis?"

" gue gak papa "

" bohong...lo pasti bohong!" Ucap Putra sedingkit menyentak.

" putra gue suk..." Ran belum menyelesaikan kalimatnya langsung dipotong dengan mulut Ran yang tengah di tutup oleh tangan putra.

" Ran lo gak boleh ngomong itu duluan...ga boleh cewe ngungkapin perasaannya duluan" ucap Putra yakin

" tapi kan..."

" ssstttt gak gak boleh harus gue dulu yang ngomong"

" kan lo udah ngomong "ucapan Ran berhasil membuat satu alis Putra terangkat. Dia sudah lupa bahwa dia sudah mengucapkannya tadi siang.

" oh iya ya" ungkapan Putra sangat polos...sangat sangat polos. Lalu Ran tertawa disusul dengan tawa Ran juga.

Mungkin malam itu adalah malam yang paling bahagia dalam hidup Ran. Dia bisa tertawa lepas bersama orang yang baru beberapa hari terakhir ia kenal.

Ran sangat bahagia malam itu dan mungkin juga dengan Putra. Mereka terlihat sangat bahagia. Bintang dan bulan menjadi saksi bisu kebahagiaan mereka.

Mereka pun Tersenyum melihat tingkah konyol sepasang anak remaja yang begitu manis.

" Ran pulang yuk" ajak putra pada Ran. Karena menyadari akan hari sudah mulai gelap.

" ya allah gue lupa...yuk" mata mereka saling bertemu memberi tatapan yang penuh arti. Mengisyaratkan bahwa mereka menyukai satu sama lain.

***

" Put lo gak mau mampir dulu ?" Tanya Ran kepada putra setelah tiba di depan rumah putra.

" ga deh kapan-kapan aja yeh.. udah malem juga...udah sana masuk dingin disini"

DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang