65. kenapa?

22 8 2
                                    

Sudah dua menit Ran sama sekali tidak menyentuh makanan yang ada di hadapannya. Sumpah, dari kemaren tuh Ran tidak nafsu makan dan tidak mood melakukan kegiatan apapun.

Semenjak hari itu, hari dimana Putra menerima telefon dari orang yang bernama Lisa, Ran belum bertemu dengan Putra. Membalas pesannya pun Ran tidak berselera. Sepertinya sudah terhitung dua hari Ran menghindari Putra.

Karena jengah melihat temannya bersikap seperti hidup enggan mati pun tak mau, Nana langsung mencubit pipi Ran keras hingga sang empu menjerit pelan.

"Aw, kenapa sih, Na?" Tanya Ran kesal.

Nana hanya menghela nafasnya pelan. "Makan, jangan diliatin mulu. Itu nasi gak akan pernah berubah jadi Rayn"

"Ih Na apaan sih kok Rayn?"

"Iya deh suka-suka lo aja"

Ran hanya diam setelahnya. Kembali dalam pikirannya yang sedang berisi tentang Putra dan juga Lisa. Sebenarnya, Lisa itu siapa nya Putra? Pacarnya? Atau tunangannya?

Ah, sepertinya Ran terlalu banyak membaca wattpad.

"Na, aku mau ke kelas aja deh. Gak mood" ucap Ran langsung berdiri dari duduknya.

"Loh? Ini bakso nya?" Tanya Nana sedikit keras pada Ran yang mulai berjalan menjauh dari tempat Nana.

"Habisin aja!"

Sumpah, Ran tuh bener-bener gak mood ngapa-ngapain. Apalagi makan. Hm, gak ada selera sama sekali.

Ran tuh sebenarnya kenapa sih? Kenapa tiba-tiba jadi begini?

Di perjalanan menuju kelas, tak sengaja Ran bertemu dengan Dinan yang sedang membawa tumpukan buku yang hampir menutupi wajahnya.

Duh, pengen balik kanan, tapi keliatan banget ngehindarin Dinan.

Yaudalah, trobos aja.

"Ran"

Nahkan, hiiiiihhhhhh kenapa harus manggil sih ini mang mantan!

"Iya?"

Dinan hanya diam, sembari menatap Ran dari balik tumpukan buku yang hampir menutupi wajahnya.

Kasian sih sebenarnya. Tapi, emang Dinan kasian gitu sama Ran? Enggak kan? Malah udah dapet cewek lagi aja nih orang.

"Saya mau minta tolong. Buku ini punya kelas Ran. Bisa bawakan sebagian?" Tanya Dinan pelan.

Lah? Ternyata buku punya kelas Ran.

"Biar aku bawa semua aja kak" kata Ran sembari merebut semua buku dari tangan Dinan.

"Oh, oke"

APAAN SIH? GITU DOANG?

Sebel banget.

Yaudah sih, Ran juga gak mau berharap lebih lagi sama Dinan. Nyesel banget udah berharap sama manusia kayak Dinan.

Setelahnya, Ran langsung berjalan menuju kelasnya yang sebenarnya masih jauh dari tempatnya tadi bertemu dengan Dinan.

Huft, berat juga ya ternyata.

Lalu, tak lama kemudian, tangan Ran merasa sedikit ringan ketika mengangkat tumpukan buku itu. Perasaan sebagian bukunya tidak jatuh kok. Tapi, kenapa jadi terasa sedikit lebih ringan?

"Butuh bantuan, nona?"

Duh, malah ketemu Putra.

KENAPA SIH?!

Astaghfirullah, tenang Ran sabar.

Ternyata, sebagian buku yang dibawa oleh Ran itu sudah berpindah tangan. Kini, di sebelahnya sudah ada Putra yang sedang membawa sebagian buku yang tadi sempat membuat Ran keberatan.

DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang