25. nyata

311 17 0
                                    

Maya sedang duduk bersantai di atas gedung sekolah yang sudah sepi. Dia duduk di tepi gedung dan membiarkan kaki nya menggantung ke bawah.

Rambut se punggung berwarna coklat ke pirangan akibat ia warna dibiarkan nya tertiup angin yang menerpa nya.

Senyum nya tak kunjung turun dari wajah nya. Dia merasa menang sekarang.

Tiba tiba suara pintu tak jauh dari arah belakang nya terbuka dengan perlahan dan menampakkan seseorang disana.

Maya langsung melihat ke arah belakang untuk memastikan siapa yang datang menghampirinya.

Asumsi nya benar. Hati nya benar dan ego nya menang. Senyum nya makin menjadi jadi ketika melihat seseorang itu mulai berjalan menuju Maya.

Raut wajah seseorang itu menampakkan kekesalan mendalam pada benak nya.

Maya bangun dari duduk nya dan mulai berjalan menghampiri seseorang yang berhenti tak jauh dari nya.

Merasa menang dan sukses dengan apa yang telah ia lakukan. Kini Maya sedang berhadapan langsung dengan alasan yang menjadi permasalahan nya.

Seseorang yang lelah dengan perlakuan Maya itu kini menatap Maya dengan sengit. Kobaran api amarah terlihat jelas di mata nya.

Tapi tatapan nya semakin membuat Maya berdecih keras dan memutar bola mata nya. Oh tak lupa tangan nya terlipat di dada nya.

" apa mau lo? Udah puas dengan menyakiti seseorang yang ga bersalah? Iya? " orang itu mulai mengangkat suara dan menaikan volume nya.

" hah? Kan itu bukan salah aku kak" ucap nya sok imut sambil menggigit bibir bawah nya.

Hal itu membuat orang yang berada di depan nya memutar bola mata nya malas dan tangan nya mulai gatal dan merasa ingin menampar Maya. Walaupun begitu, dia masih memiliki kesadaran seorang lelaki yang tak akan menampar seorang wanita.

" kok kakak ngebela dia sih?" Ucap Maya masih dengan raut wajah yang menjijikan.

" maaf? Apa gue salah denger atau gue budeg? Lo bilang gue bela dia? YA JELAS GUE BELA DIA!" Ucap nya makin meninggi karena kesal.

Urat urat lehernya nampak jelas terlihat. Wajah nya memerah karena dia sedikit menahan emosi agar tidak menghajar nya layak nya lawan sesama laki - laki.

Ujung bibir Maya terangkat sebelah. Rasa nya ingin sekali ia memeluk orang yang berada di depan nya karena melihat wajah nya sangat lucu.

" emang lo pikir dengan cara seperti ini lo bisa dapetin apa yang lo mau? Iya?!" Teriak orang itu dihadapan Maya.

" iya "

Orang itu mulai kehabisan kesabaran dengan semua ucapan Maya. Dia mengusap wajah nya frustasi dan sedikit menjambak rambut nya. Berbicara baik dengan dia memang tak ada guna nya.

" kak, kenapa kakak pilih dia. Padahal udah jelas aku lebih cantik dari dia" ucap nya sambil memainkan rambut nya yang panjang dengan tangan nya.

" ck. Percuma lo cantik tapi hati lo busuk" jawab nya santai sambil berjalan pergi berniat meninggalkan Maya.

" lo yakin? Sekarang orang yang lo pilih udah di rumah sakit. Koma satu minggu masih kurang? Apa gue bikin dia koma....selamanya?" Ucapan itu benar benar membuat dia berhenti di ambang pintu.

" kak Putra?"

Putra hanya diam sambil memegang ujung baju nya dengan kuat menahan emosi.

Terdengar suara sepatu Maya berjalan mendekat ke arah Putra.

" jangan macam-macam. Sekarang gue tanya. Mau lo apa?" Tanya nya pelan tanpa melihat ke arah belakang sedikit pun.

Tangan Maya terulur untuk memegang pundak Putra yang jauh lebih tinggi dari nya.

DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang