53. mulai paham

119 12 2
                                    

Sudah seminggu setelah kejadian Putra bertemu dengan Dinan dirumah Ran hari itu. Dan sekarang hubungan Ran dan Putra masih biasa saja, yang makin tidak biasa itu hubungan Ran dengan Dinan.

Sebal. Putra memajukan bibirnya kedepan ketika melihat Dinan sedang berjalan sembari tertawa bersama Ran disepanjang koridor.

Wah, gak bisa dibiarin nih.

Akhirnya, Putra memilih untuk berlari mendekati Ran dan Dinan yang tak jauh darinya.

"Hai, Ran, selamat pagi"

Sebenarnya, Ran sudah mulai terbiasa dengan kehadiran Putra. Ya biasa saja sih layaknya satu manusia yang bertemu dengan teman baru.

"Oh hai, Rayn, selamat pagi juga" balas Ran sembari tersenyum manis.

Sial, kalau begini jantung Putra bisa copot nih. Mana detaknya keras banget begini, ini sehat gak sih? Atau Putra kena serangan jantung?

Eh, astaghfirullah amit-amit.

Tapi bener loh, ini Putra sampai diam beberapa detik buat menetralisir kembali detak jantungnya.

Emang, Putra sebucin itu, kenapa? Hah? Masalah buat lo?

"Lo, udah sarapan?" Tanya Putra yang membuat Dinan memutar bola matanya malas.

"Ud--"

"Udah, gak usah ngambil kesempatan dalam kesempitan" potong Dinan yang langsung menarik tangan Ran agar segera menjauh dari Putra.

Putra berdecak sebal melihat perlakuan Dinan barusan. Dengan sigap, dia langsung melangkahkan kakinya untuk mengikuti Ran dan Dinan yang masih berjalan agak cepat dengan tangan yang masih bergandengan.

"Jalan cepet-cepet amat mas, kebelet boker?" Tanya Putra yang berhasil menyamai langkahnya dengan kedua orang itu.

Dinan mendelik tak suka kearah Putra. Langkah tiba-tiba terhenti, dan langsung memberi tatapan mengancam pada Putra.

Yang dipelototi hanya mengangkat kedua alisnya, tanda dia menantang dan tak takut dengan Dinan.

"Saya tidak tau apa motif situ deketin Ran. Tapi, asal situ tau saja, kalau Ran sudah pacaran sama saya" ucap Dinan yang membuat Ran dan Putra mengerutkan keningnya.

Sumpah, Ran kaget loh Dinan.

"Kak..."

"Ayo Ran, kita pergi" ucap Dinan mengajak Ran berjalan kembali.

Putra hanya terdiam ditempatnya, memperhatikan punggung Ran dan kakak kelas sialan itu mulai menjauh dari pandangannya.

Ah masa sih mereka udah pacaran? Batin Putra.

Putra langsung menggeleng pelan, berusaha berfikir positif kalau semua ucapan yang keluar dari mulut Dinan itu hanya sebatas dusta.

Gak, Putra gak akan menyerah, sebelum teka-teki mimpi ini terjawab.

***

"Kak, mau kemana sih?" Tanya Ran yang bingung karena Dinan masih menarik pergelangan tangannya.

Tak ada jawaban dari Dinan, tangan dan kakinya masih membawa Ran menyusuri sekolah yang tanpa sadar kini mereka berdua sudah berada di halaman belakang sekolah.

Genggaman Dinan mulai terlepas dari pergelangan tangan Ran. Lalu, badannya mulai berbalik untuk menatap Ran yang masih sibuk menunduk memperhatikan pergelangan tangannya yang memerah karena Dinan tadi menggenggam nya terlalu kuat.

Ah, Dinan jadi merasa bersalah.

Dinan pun mulai meraih tangan Ran kehadapan wajahnya. Dan benar saja, disana ada bekas berwarna merah yang menghiasi pergelangan tangan Ran.

DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang