26. puncak nya

297 19 4
                                    

Spesial pake telurrr :v enggak deng. Jika ini bener bener sedih... bilang ya dengan cara komen di sini. Aku mau belajar bikin yang sad sad :v







Ran POV

" apasih?! Jangan sentuh gue!"

Aku langsung menurunkan tanganku yang masih memegang pundak Putra ketika dia melihat ku sengit. Entah kenapa aku jadi sedikit takut dengan nya.

Tapi aku tidak menanggapi tatapan tajam Putra. Aku tertawa seakan akan itu adalah lelucon. Tentu saja aku paksakan untuk mencairkan suasana.

Kulihat Putra memutar bola mata nya malas ketika melihat ku yang tertawa terbahak bahak sampai ingin menitihkan air mata. Jujur saja sebenarnya aku tidak bisa berpura- pura seperti ini.

" hahaha kenapa? Lo jijik? Lo benci? Hahaha" tawa palsu ku makin menjadi jadi.

" lebih " ucap nya lalu beranjak pergi dari hadapan ku.

" hah?" Aku terdiam karena mendengar ucapan dari Putra. Aku benar benar tidak percaya dan tanpa berpikir panjang aku langsung mengejarnya.

" put! Lo kenapa?!" Ucap ku sambil sedikit berlari mengejar Putra dan berusaha menyamakan langkah nya.

Hingga tiba di koridor yang sepi dan tak ada seorang pun yang lewat akhirnya aku berhasil meraih tangan Putra dan membuat nya terhenti.

Aku masih mengatur nafas karena lelah mengejar Putra. Tapi Putra masih tidak melihat ke arah ku tapi melihat lurus menerawang koridor sepi itu.

" Put maksud lo apa?" Tanya ku yang penasaran dengan ucapan Putra.

Putra masih diam dan tak menjawab pertanyaan ku. Kulihat Raut wajah nya seperti menampilkan sesuatu masalah yang sulit di jelaskan.

" Put?" Ucap ku pelan sambil sedikit mengelus pundak Putra bermaksud menenangkan nya.

Tapi untuk kedua kali nya tangan ku di tepis oleh Putra dengan kasar. Kali ini aku benar benar terkejut dan tidak mengerti.

Suasana menjadi canggung dan sedikit mencengkam. Otak ku masih mencerna huruf demi huruf, kata demi kata yang di lontarkan Putra. Sedangkan Putra, bahu naik turun menahan emosi.

" jangan pernah temui gue lagi " ujar Putra pada akhirnya. Apa lagi ini??

Cepat, jelas, tegas dan terdengar mengancam. Aku bingung bukan kepalang. Sebenarnya ada apa sama Putra?

Putra mulai beranjak dari diam nya alih- alih menghindari ku dan menjauh. Tapi lagi- lagi aku berhasil mencegah nya dengan memegang ujung baju Putra yang sengaja ia keluar kan. Sebenarnya aku juga mau mempertanyakan tentang baju nya. Kenapa dia se berandal ini. Biasa nya tidak.

" maksud lo apa sih?" Tanya ku dengan suara yang mulai bergetar karena menahan sesuatu yang tak ingin ku keluarkan.

Aku takut semua nya jadi nyata, takut Putra benar- benar pergi, takut jika teori mimpi yang tak pernah jadi nyata itu benar terbukti.

Aku memegang ujung baju Putra semakin kuat. tapi Putra masih diam dan menatap lurus koridor yang sepi.

Jam pelajaran sudah di mulai dari 15 menit yang lalu. Aku tidak menyadari nya karena terlalu sibuk dengan Putra.

Jadi disini benar benar sepi. Bagus kalau gitu. Aku bisa sepuasnya mengeluarkan yang selam ini aku tahan tanpa seorang pun yang tau. Kecuali Putra.

Tapi jika membicarakan tentang koridor. Mengingatkan ku pada sesuatu. Sesuatu yang sangat aku ingat bagaimana mata hitam itu menatap ku di pagi hari. Hari dimana kita pertama bertemu.

DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang