63. Kepikiran

40 6 5
                                    

Sudah terhitung tiga hari setelah Ran mendapatkan mimpi yang dimana ada kakek dari Putra dan mengatakan bahwa ayahnya itu tidak meninggal karena kecelakaan, melainkan disebabkan karena terbunuh atau tertembak oleh seseorang. 

Sudah tiga hari itu juga, Ran tidak bisa tidur semalaman karena kepikiran dengan omongan dari sang kakek.

Sumpah, sebenarnya Ran tuh pengen tidur dan nanya ke kakek. Tapi dia tuh gak bisa tidur karena terus kepikiran.

"Ran, kok diem aja? Gue dari tadi manggil lo nih" protes Nana yang duduk disebelah Ran.

"Ah? Eh, maaf Na"

Nana mengerutkan keningnya. "Lo kenapa sih? Mikirin apa?"

Ran terdiam, tidak menggubris omongan Nana dan memilih untuk melanjutkan kegiatannya yang memikirkan beberapa kemungkinan yang terjadi pada papah nya.

Dia sedang berada di ambang percaya dan tidak. Karena memang dari awal mamah nya itu memberitahu Ran bahwa papah nya meninggal itu karena kecelakaan mobil. Tapi, kemaren sang kakek bilang bahwa papah nya terbunuh.

Sayang Ran tidak bisa sepenuhnya percaya pada sang kakek. Dia juga tidak paham kenapa sang kakek bisa bicara demikian. Toh, dia saja baru mengenal sang kakek itu akhir-akhir ini. Tapi, kenapa sang kakek bisa bicara se-meyakinkan itu.

Seolah-olah kakek dari Putra itu sudah lama mengenal papah Ran.


***

"Baso satu ya, bu" pesan Putra pada salah satu ibu kantin yang tempatnya sedang sepi pengunjung.

Setelah memesan, Putra mulai berjalan pelan menuju salah satu meja yang tak jauh dari tempatnya berdiri tadi ketika memesan baso pada ibu kantin.

Sekarang dia pergi sendiri, tidak bersama Ikin. Entahlah, temannya itu akhir-akhir ini sedang sibuk latihan untuk lomba futsal nya minggu depan.

Yah, semoga saja dia dan tim nya menang.

"Nih Nak Rayn baso nya"

Putra menoleh kearah kanannya, lalu tersenyum kearah ibu kantin yang mengantarkan baso untuknya. "Makasih ya, bu"

"Minumnya gak sekalian?"

Putra menggeleng pelan. "Enggak bu, saya bawa minum" ucap Putra sembari melirik botol minumnya yang berada dihadapan nya.

Sebenarnya itu botol minum Milli. Tapi tadi pagi karena mamah nya buru-buru karena ada panggilan darurat dari rumah sakit, jadilah mamah nya itu salah memasukkan botol minum Milli kedalam tas Putra yang bersebelahan dengan tas Milli.

Padahal kan tas dia dan Milli itu beda. Tas Milli warnanya pink, tas Putra warnanya hitam. Kok ya mamah nya bisa salah sih?

Sedang nikmat-nikmatnya memakan baso, tak sengaja mata Putra mendapati seorang Ran yang sedang diseret-seret oleh Nana menuju kearah nya.

Setelah sudah dekat, Nana mulai mendorong Ran lebih dekat lagi kearah Putra yang masih menatap tingkah aneh keduanya.

"Heh Rayn, lo kan deket nih sama Ran--" ucap Nana terengah-engah. "Please tolongin gue! Paksa dia buat makan!"

Putra mengedipkan matanya beberapa kali. Ini kok kenapa Nana jadi marah sama dia gitu.

"Na, aku gak nafsu makan. Udah ah, mau ke kelas aja" ucap Ran yang sudah memutar badannya.

Tapi tidak semudah itu. Karena badannya lemas, dengan mudah Nana langsung memutarnya lagi, dan setelahnya langsung mendudukkan Ran pada kursi yang berada dihadapan Putra.

"Bantu gue ya? Titip Ran, gue mau ada kumpul osis nih" pinta Nana pada Putra. Sekilas, matanya melirik kearah jam yang berada di pergelangan tangannya. "Dah ya, gue pergi dulu"

DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang