Copyright © 2021 by Cindy Handoko
Joshua, 15 tahun
Pagi ini pagi yang biasa-biasa saja di panti asuhan. Aku sedang menjalankan hobiku nangkring di kelas pagi-pagi buta sambil mengerjakan PR yang, jujur saja, baru kuingat eksistensinya kemarin malam saat sudah nyaris terbang ke alam mimpi—memang, kayaknya otak kita punya bakat masokis untuk mengingatkan kita akan hal-hal horor tepat sebelum tidur.
Saat PR asal-asalanku sudah setengah jadi, tiba-tiba sebuah sosok kerdil menghampiriku dengan tergesa-gesa dari arah pintu. Tentu saja, itu adalah Sam, yang tampangnya tampak masam banget hari ini. Saat berhenti di depan mejaku, wajah masamnya semakin HD saja. "Kenapa lo?" tanyaku.
"Lo diem-diem part-time jadi satpam, ya?" semprotnya.
"Ha?"
"Gue nungguin di depan kamar lo dari ayam berkokok, nggak taunya lo udah di sini! Kan, gue jadi kayak orang bego!"
Tawaku menyembur. "Eh, lo aja yang kebo!" balasku. "Makanya nggak tahu kalo gue selalu dateng pagi. Ini, mah, biasa buat yang kenal gue dan rajin bangun pagi."
"Eh, lo nggak usah balik nyerang gue, ya. Ngaku aja kalo lo diem-diem satpam shift pagi!" balasnya sambil memutar kursi untuk duduk berhadap-hadapan denganku.
"Kalo bisa jadi satpam shift pagi, mah, gue juga mau. Lumayan, nambah-nambah duit jajan," sahutku. "Tapi, emangnya lo ngapain nyari gue pagi-pagi? Tumben."
Pertanyaan itu membuat ekspresi Sam langsung berubah dalam sekejap. Mendadak, wajahnya berubah songong dan hidungnya kembang-kempis penuh kebanggaan. "Gue mau ngasih kado, sekalian jadi yang pertama ngucapin lo. Keren, kan?"
Aku terdiam. "Ngucapin..." gumamku, "Lomba fotografi? Gue nggak menang itu—"
"Lo nggak usah pura-pura pikun, deh," potongnya. "Ngucapin ulang tahun, woy! Ini, kan, 5 Juli! Ngapain gue ngado lo buat lomba fotografi? Kalo lo menang pun, harusnya gue yang ditraktir, dong!"
"Untung kalah."
"Bodo amat, pokoknya happy birthday, ya." Sam meringis, tampak bangga banget sudah mengingat hari ulang tahunku dengan memorinya yang agak-agak jangka pendek. Ia mengeluarkan sebuah kantong plastik dari tasnya dan menyerahkan benda itu padaku. "Nih, kado. Nasi goreng Pak Mamat yang enak banget itu. Lo belum pernah nyoba, kan?"
"Maksud lo, nasi goreng Pak Mamat yang micinnya sepanci?" tanyaku.
"Ah, kenapa sih lo! Kan, yang penting enak!"
"Iya, deh, iya," balasku sambil tersenyum lebar. "Makasih kadonya."
"Hehe, nggak perlu berterima kasih," balas Sam songong. "Emang gue temen yang paling perhatian, kok."
"Ampun, berasa punya cewek gue. Walaupun kalo lo jadi cewek, kayaknya ancur," sahutku. "Ngomong-ngomong, lo tahu ultah gue dari mana?"
"Gue ngecek buku tahunan, dong. Masa, tiap tahun gue selalu ngucapin paling terakhir gara-gara lupa?" jawabnya. "Eh, tapi, gue penasaran sesuatu, deh."
"Apa?"
"Kan, katanya, lo ditemu di luar panti kayak di film-film horor," mulainya. "Trus, kok lo bisa tahu ultah lo? Emangnya bayi lo dikasih gantungan tanggal pembuatan?"
"Anjir, bego banget, plis," balasku. "Pertama-tama, lo ngatain gue setan? Perasaan bayi ditinggal di depan panti nggak cuma di film horor doang, deh. Trus, lo kira gue roti tawar, ada tanggal pembuatannya? Jelas-jelas tanggal ultah gue itu, ya, tanggal pas gue dibawa masuk ke panti."
"Oh, gitu..." balas Sam mengambang, tampak masih bingung banget dengan konsep bayi-nggak-bisa-disamakan-dengan-roti-tawar sampai nggak protes kusebut bego. "Trus, kalo gitu, lo nggak tahu tanggal ultah asli lo?"
"Nggak."
"Berarti bisa aja lo nggak umur 15 kayak kita-kita, dong? Jangan-jangan, lo harusnya kakak kelas atau adik kelas? J-jangan-jangan..." Ia berhenti sejenak dengan dramatis, "Lo harusnya udah lulus?"
"Woy, nggak mungkin, lah! Lo pikir, bocah tiga tahun bentuknya masih kayak bayi? Itu, mah, film horor beneran!"
"Bener juga," gumamnya. "Yah, untung, deh, berarti gue nggak salah beliin lilinnya."
"Lilin?"
"Itu, di dalem plastik."
Aku mengintip ke dalam plastik dan menemukan lilin angka 1 dan 5 di samping bungkusan daun pisang nasi goreng Pak Mamat. Bayangan nasi goreng bungkusan dihias lilin langsung terbersit dalam benakku, dan aku otomatis kepingin ngakak. Untungnya, aku bisa menahan tawaku dari menyembur.
"Wah, niat juga lo," ujarku. "Makasih banyak, loh."
Sam langsung membusungkan dada dan tersenyum bangga lagi. "Yoi," balasnya. "Gue yang pertama ngucapin juga, kan, hari ini?"
"Iya, dong," balasku sambil ikut tersenyum.
Yah, walaupun banyak orang menganggapnya menyebalkan, Sam memang sebenarnya anak baik. Diperhatikan sampai seperti ini olehnya, aku merasa terharu juga. Mungkin sebaiknya aku tidak bilang bahwa ulang tahunku sebenarnya bulan lalu.
----------
Since today is June 5, HAPPY (ACTUAL) BIRTHDAY JOSHUA!<3
KAMU SEDANG MEMBACA
Mystery of the Orphanage: Curse of the Suicide Game
غموض / إثارةSosok psikopat di balik topeng putih yang menjadi momok siswa-siswi panti asuhan masih berkeliaran. Namun, tim detektif amatir IMS (Infinite Mystery Seeker), yang beranggotakan Alice, Catherine, Bryan, Andrew, Joshua, Samuel, Rosaline, dan Gwen, bel...