24. Naya di Goda

52.7K 6.4K 309
                                    

"Terkadang candaan itu
berasal dari ungkapan yang
tersimpan di lubuk hati"
--Naya Putri.

•••

"Hallo, Nis"

"Niska" ucap Gara lagi, namun tetap tidak ada balasan dari penelpon, membuat Gara menatap ponselnya, takut-takut sambungan telepon sudah di matikan, namun ternyata masih terhubung.

"Gue--"

"Jangan ke rumah"  sela Niska cepat.

Tut.

"Dimatiin" ujar Gara memberitahu pada Arhan dan Vero seraya menatap ponselnya.

"Kita ke rumah Arhan aja yuk? Gue pengen ketemu bininya Arhan" ajak Gara seraya menatap jail Arhan, saat tidak ada yang mengeluarkan suara. Kedua sahabatnya itu hanya diam, menatap dirinya, seolah tanpa mengeluarkan suara pun, semuanya bisa paham.

Berhubung mereka sudah berada di depan rumah Niska--yang terlihat sepi, sekalian saja mereka mampir ke rumah Arhan yang tidak jauh dari rumah Niska.

"Lo serius ninggalin Naya di sekolah?" ternyata Vero masih tidak menyangka jika Arhan pulang lebih dulu tanpa menunggu Naya, entah apa alasan cowok itu. Dan itu juga alasan mengapa Vero diam sedari tadi.

"Kalau nggak serius, gue nggak bakal di sini" ujar Arhan malas. Tanpa sadar Vero mengangguk membenarkan ucapan Arhan.

"Gue rasa, karena lo di kecengin kita-kita, ya? Jadi lo agak gimana gitu, kalau--" saat Gara akan bicara lebih lanjut, Arhan lebih dulu menyelanya.

"Bacot" kesal Arhan. Lalu itu menstater motornya.

Sejak sampai di depan rumah Niska, ketiganya tidak turun dari motor. Karena itu Arhan langsung melajukan motornya dan tak lama Vero dan Gara menyusulnya.

•••

"Assalamualaikum" salam ketiga cowok tampan saat setelah membuka pintu yang ternyata Hana menyambut kedatangannya mereka.

"Waalaikumsalam" balas Hana. Lalu ketiga cowok tampan tersebut mencium punggung tangan Hana sebagai tanda hormat.

"Hallo, Tante. Apa kabar?" tanya Vero menyapa.

"Alhamdulillah, baik. Kalian juga baik kan? Udah lama nggak main ke sini"

"Arhan yang ngelarang, Tante" adu Gara membuat Arhan menatap cowok itu malas.

"Lho, kenapa, Ar?" kini atensi Hana beralih pada Arhan.

"Ganggu" jawaban Arhan membuat kedua sahabatnya mendengus pelan.

"Arhan masuk, Mah" ujar Arhan lalu masuk kedalam rumah tanpa menghiraukan kedua sahabatnya. Mereka sudah terbiasa di rumah ini.

"Oh ya, Tante sampe lupa, ayok kita masuk" ajak Hana yang baru sadar bahwa mereka malah mengobrol di depan pintu.

"Heh, Arhan! Nayanya mana?" tanya Hana seraya berkacak pinggang, saat menyadari tidak ada menantunya diantara mereka.

Arhan yang tengah menaiki anak tangga hanya menoleh, lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar.

"Itu anak! Gak habis pikir Mamah, kok istri malah di tinggal" dumel Hana.

"Arhan sama Naya, nikah kapan, Tante?" tanya Gara mencari informasi yang lebih detail.

"Emang Arhan nggak cerita?" tanya balik Hana seraya duduk di sofa, di ikuti oleh kedua sahabat anaknya.

"Udah, sih. Cuman Arhan tuh kalau cerita suka setengah-setengah, nanggung gitu. Jadi suka bingung kitanya" curhat Gara yang di angguki oleh Vero.

ARHANAYA || SUDAH TERBIT ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang