Naya segera berlari memasuki rumah Nyonya Hana dengan jantung yang berdebar, tentu saja bukan karena cinta. Melainkan kerena panik.
Naya belum membuatkan minuman untuk tuan besarnya.
"Kamu dari mana aja, Nay?" Saat sampai di dapur ternyata sudah ada Asih.
"Ibu, minuman untuk Tuan belum di bikin, Naya kelupaan" ujar Naya dengan kepala yang tertunduk merasa bersalah karena kecerobohannya.
Asih tersenyum hangat seperti biasanya.
"Udah Ibu buatkan kok. Lain kali jangan gini lagi, gak enak sama Nyonya dan Tuan kalau mereka tau"
"Iya, Bu. Naya minta maaf, Naya juga janji gak bakalan ngulangin lagi"
"Kamu belum solat Dzuhurkan? Solat dulu, sekalian mandi biar gak bau" ucap dengan sedikit menggoda Naya.
Naya tersenyum, lalu mengangguk.
"Oke, Bu. Tapi mandinya nanti aja. Sore, hehehe"
...
Malamnya.
Naya membantu Asih menyiapkan makan malam untuk majikannya.
"Yang sudah mateng taruh di piring, terus bawa ke meja makan" instruksi Asih pada Naya yang sedang menggoreng tempe.
Katanya sih anak dari Nyonya Hana suka dengan tempe goreng.
"Oke, Bu. Ini udah mateng semua"
Saat akan menaruh tempe goreng ke meja makan, Naya berpapasan dengan suami nyonya Hana, Wira.
"Malam, Tuan" Naya menyapa Wira dengan ramah.
"Malam. Anaknya Bi Asih?" Naya mengangguk, iya.
Ini pertemuan kedua kalinya. Yang pertama saat di gerbang, itu hanya saling tatap. Tapi pertemuan keduanya kini Naya bisa menyapa Tuan Wira.
Yang Naya tau dari ibunya, sifat Tuan Wira itu sedikit dingin, tetapi beliau baik meski wajahnya terlihat garang.
"Siapa namanya?"
"Naya, Tuan" Wira menganggukan kepalanya sebagai respons.
"Maaf, Tuan. Ada yang Tuan butuhkan?" Naya bertanya karena melihat Wira akan ke dapur pasti sedang membutuhkan sesuatu.
"Ngambil minum"
"Biar Naya aja, Tuan"
"Naya naruh ini dulu di maja makan, nanti Naya ambilkan minum untuk Tuan. Tuan tunggu aja" ujar Naya menawarkan dirinya. Berusaha melayani Wira dengan baik, karena memang tugasnya.
"Oke. Saya tunggu di ruang keluarga" Wira kembali lagi ke ruang keluarga.
Naya berjalan ke meja makan lalu kembali lagi ke dapur. Sebelum membuatkan minum untuk Wira, Naya bingung harus membuatkan minum apa.
"Kenapa tadi gak tanya, ya? Tadinya deg-degan sih" gumam Naya untung saja ada Asih yang membantunya.
Jadi Naya tidak bingung lagi.
"Ada apa, Nay? Kayak yang lagi bingung" tanya Asih.
"Naya mau buatin Tuan minum, tapi apa ya, Bu?"
"Tuan biasa di buatkan teh"
"Oke, Bu. Naya bikinin"
"Jangan terlalu manis, nanti gak di minum sama Tuannya"
"Siap, Bu"
...
Dengan hati-hati Naya menaruh segelas teh di meja, depan Wira. Di sana ternyata ada Hana juga.
"Nyonya mau di bikinin minum?" Tanya Naya sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARHANAYA || SUDAH TERBIT ||
Teen FictionCERITA SUDAH TIDAK LENGKAP. UNTUK PEMESANAN NOVEL ARHANAYA BISA LANGSUNG DI SHOPEE swpbookstore_ ATAU LINKNYA CEK DI BIO INSTAGRAM @sunwater_publisher --- Kisah tentang Arhan dan Naya. Arhan Putra Wira, anak tunggal dari keluarga Wira yang memiliki...