Aku kira dia tidak memilik sahabat, karena sifatnya yang dingin. Ternyata benar kata orang, jangan melihat seseorang dari luarnya saja.
-Naya Putri-•••
"Ikut gak?" tanya Rionala pada Naya.
Saat ini sudah jam istirahat, marasa Naya tidak memiliki teman di kelas ini, Rionala dengan senang hati menawarkan untuk pergi ke kantin.
"Kemana, La"
"La? Lo kira nama gue Lala?" sedari tadi Rionala terus saja mempermasalahkan panggilan yang diberikan Naya. Hanya Naya satu-satunya teman sekelas yang memanggil Rionala dengan panggilan La, lebih tepatnya Nala.
"Bukan Lala, tapi Nala" koreksi Naya.
Rionala mendengus, lalu beranjak dari tempatnya. Sebelumnya pergi, Rionala menatap Naya.
"Ikut, La" seakan mengerti arti tatapan Rionala, Naya itu bangkit lalu berjalan beriringan ke kantin.
"Aduh!" ringis Naya ketika kakinya kesandung.
"Jalan liat-liat dong!" cibir seorang teman sekelas naya, namanya Niren Yulia.
"Maaf, Naya gak sengaja" Naya langsung meminta maaf, meski Naya sendiri merasa tidak menyandung kaki Niren, karena Naya merasa Niren sendiri yang menyandung kakinya.
"Lo siapnya Arhan?!" pertanyaan itu yang sedari tadi ingin Niren tanyakan. Begitu juga dengan teman-teman lainnya. Karena kabar Arhan yang membawa Naya sudah tersebar.
Niren berdiri, menatap remeh menampilkan Naya yang terlihat kampungan. Baju seragam yang tidak kecil dan tidak besar, rok sebatas lutut, kaos kaki sebatas betis dan sepatu yang kontras sekali murahnya.
"Kepo amat lo!" timpal Rionala, dia kurang suka dengan Niren si tukang bully.
"Jangan ikut campur lo!" Niki Anjani, teman se-geng Niren.
"Lo juga ikut campur!" Rionala menatap Niki dan Niren tanpa takut, bahkan tangan Rionala bertengker di pinggang dengan lengan baju yang di lipat.
Seketika nyali Niki menciut. Rionala di kelas ini tidak memiliki sahabat, bahkan dari sepuluh hingga kelas sebelas, Rionala selalu duduk sendiri. Bukan karena di bully, tetapi mereka tidak ingin berteman dengan Rionala karena sifatnya yang seperti tomboi, dan galak.
"Udah deh! Jangan kayak di film-film sok ngebully! Gak zaman!" Rionala menarik tangan Naya untuk segera keluar kelas.
"Biarin aja. Dia juga gak se-level sama kita" ujar Sinra, Sinra Jasmin menatap kepergian Naya dan Rionala dengan remeh.
Sinra, Niren, Niki mereka adalah satu geng. Satu geng yang sok berkuasa di kelas.
...
"Harusnya tadi lo lawan! Bukan malah minta maaf" sepanjang jalan Rionala terus saja menggerutu karena kejadian tadi.
"Tadi kata Nala 'udah deh, jangan kayak di film-film--'"
"Karena itu! Lo kalau diem bae, bakal di bully sama mereka. Jangan sok polos deh!" potong Rionala nge-gas. Emang susah untuk Rionala berbicara santai dan lembut.
Naya tidak menanggapi lagi. Mereka berjalan beriring menuju kantin. Di sepanjang jalan, Naya selalu mendengar bisik-bisikan siswi-siswi.
"Dia katanya murid baru, yang berangkat sama Arhan" celetuk seorang siswi yang sedang berkumpul dengan empat siswi lainnya. Samar-samar Naya bisa mendengarnya.
"Kira-kira dia siapanya? Kelihatan dia lebih muda dari kita-kita" ujar salah satunya lagi. Naya jadi heran, kenapa mereka ingin tau dirinya siapanya Arhan. Memangnya itu penting?
KAMU SEDANG MEMBACA
ARHANAYA || SUDAH TERBIT ||
Teen FictionCERITA SUDAH TIDAK LENGKAP. UNTUK PEMESANAN NOVEL ARHANAYA BISA LANGSUNG DI SHOPEE swpbookstore_ ATAU LINKNYA CEK DI BIO INSTAGRAM @sunwater_publisher --- Kisah tentang Arhan dan Naya. Arhan Putra Wira, anak tunggal dari keluarga Wira yang memiliki...