06. Naya di Bully

54.6K 5.7K 257
                                    

Hari kedua Naya sekolah di SMA SANTARA merasa ada hal yang berbeda. Jika kemarin, Naya di bicarakan kerena keberangkatannya yang bersama Arhan, namun kali ini beda lagi. Setiap Naya berjalan, terdengar bisik-bisik, yang entah sedang membicarakan apa.

Tapi, samar-samar Naya mendengar kalimat 'anak pembantu'.

"Apa yang mereka gosipkan?" Batin Naya. Bersikap seperti biasanya, Naya berjalan menyelusuri koridor. Setiap Naya berjalan, tidak lepas dari tatapan para siswi yang sedang duduk di depan kelas masing-masing.

"Oy! Nay, baru dateng lo?" tanya seseorang yang berpapasan dengan Naya.

"Iya. Tadi kena macet di jalan" jawab Naya dengan ramah.

"Yara, mau kemana?" tanya Naya pada seseorang itu yang adalah Yara. Siswi yang kemarin, mengajak Naya baris saat upacara.

"Mau ke ruang osis. Mau nyerahin laporan" ujar Yara seraya menunjukkan map yang di bawanya.

"Oh ya. Lo jangan dengerin orang-orang ya" ujar Yara yang tentu Naya tidak mengerti maksudnya.

"Maksud Yara apa?"

"Pokoknya pesan dari gue, kita yang sekolah di sini itu sama. Sama rata-sama rasa. Jadi, lo jangan minder ataupun apa" Naya semakin bingung dengan maksud Yara. Saat Naya ingin bertanya lebih jelas, Yara langsung pamit karena laporan-nya harus segera di serahkan pada ketua osis, yang sudah menunggu di ruang osis.

Berbicara tentang ketua osis, Naya belum melihat siapa orangnya. Lagipula Naya baru dua hari bersekolah di sini. Seharus kemarin saat upacara, ketua osis menampakkan dirinya, namun ternyata tidak. Entah kenapa.

Naya kembali melanjutkan langkahnya. Sesekali Naya tersenyum ramah saat berpapasan dengan siswi lain, meski hanya beberapa yang membalasnya.

Saat Naya akan masuk kedalam kelasnya. Naya melihat Arhan dan teman-temannya yang tengah bercanda di depan kelas mereka-XI IPA 5. Meski cowok itu hanya diam menyimak obrolan temannya. Terlebih saat teman lainnya tertawa, karena gurauan mereka, Arhan hanya diam.

Informasi saja, kelas 11 Ipa 5 dan 11 Ips 1 tetanggaan.

"Kalau Naya yang ngelucu di depan Tuan Arhan, terus Tuan Arhannya diam kayak gitu, Naya pasti malu banget" batin Naya lalu terkekeh geli.

Naya tersenyum simpul saat netra matanya menangkap netra mata Arhan yang menatap ke arahnya. Seketika Naya teringat kejadian tadi malam saat Arhan melempar anggur pada Naya. Naya langsung masuk kedalam kelas, karena merasa tidak enak dengan kejadian semalam. Semalam Naya merutuki dirinya, yang tidak bisa menjaga ucapannya.

Saat masuk ke kelas, ternyata baru ada beberapa siswi. Tidak heran sih, karena masih ada waktu beberapa menit menuju jam pertama.

"Oh, ini dia anak pembantu yang nekat sekolah di sekolah elit" ujar Sinra ketika Naya melewati bangkunya.

Naya diam. Naya tidak tahu harus membalasnya seperti apa. Lagipula yang di katakan Sinra itu kenyataan.

Namun, ada hal yang mengganjal. Kenapa Sinra tahu, jika Naya adalah anak pembantu? Bukannya yang tahu hanya Rionala? Tapi, Rionala mana mungkin membeberkan hal yang tidak penting, bukan?

Pandangan Naya jatuh pada Rionala yang tengah duduk di tempatnya dengan tenang, dengan tangan yang sibuk mengotak-atik ponsel.

"Lo gak pantes sekolah di sini! Lo cuman orang miskin, jangan banyak gaya!" ujar Niren yang tidak Naya tanggapi. Terserah mereka ingin mengatakan apapun, Naya tidak peduli. Selagi Naya sekolah di sini tidak merugikan oranglain, Naya akan bersikap seperti biasanya. Karena ibunya telah memberitahu hal semacam ini sebelumnya.

ARHANAYA || SUDAH TERBIT ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang