Epilog = Akhir dari Perjalanan

62.4K 6.8K 1.5K
                                    

Berita tentang pesawat jatuh sudah menjadi tranding topik. Pihak kepolisian beserta tim langsung meluncur ke lokasi kejadian. Garis polisi sudah membentang di beberapa titik sekitar lokasi kejadian.

Pencarian korban diiringi dengan tangis pihak keluarga. Banyak pihak keluarga yang berlomba-lomba mendekati lokasi kejadian, namun para petugas dengan hormat, meminta mereka menunggu hasil pencarian pihak petugas.

Tangisan serta teriakan terdengar begitu jelas saat salah satu kelompok petugas membawa jasad yang mereka yakini salah satu penumpang pesawat dari dalam laut.

Situasi di lokasi kejadian mulai tak terkendali saat semakin banyak pihak keluarga yang berdatangan serta hari semakin malam.

Para petugas memutuskan untuk meminta para keluarga agar kembali dan menyerahkan semuanya kepada para petugas. Karena para petugas akan semaksimal mungkin mencari para korban yang ikut tenggelam bersama awak pesawat.

•••

"Breaking News..."

"MATIIN! MAMAH NGGAK MAU DENGAR!" teriak Hana disusul dengan tangisnya.

Tangisnya pecah saat ia sudah menerima telepon dari Vero--hingga Wira menyalakan televisi yang sedang menyiarkan tentang kejadian jatuhnya pesawat rute Jakarta-Lombok yang mengalami hilang kontak.

"Tante" lirih Vero saat mendengar teriakan dari sambungan telepon.

Menjelang magrib, Hana beserta keluarga baru mendapatkan informasi tentang jatuhnya pesawat yang Arhan dan Naya gunakan.

Berita yang sudah tersebar luas, baru ia dengar saat menjelang magrib. Bahkan, orang-orang sudah mengetahui daftar sementara nama-nama korban yang dinyatakan meninggal serta hilang.

"Nyonya tenang dulu. Den Arhan sama Neng Naya pasti segera ditemukan" ujar Rati dengan mengusap pelan bahu Hana yang bergetar.

Dengan tangis yang terus terdengar, Hana terus memaksa Wira untuk segera berangkat ke lokasi--meski jauh dari rumah.

•••

"Matinya kita, bukan karena ginjal ada satu atau dua. Tapi takdir. Bisa jadi Naya dulu, atau kemungkinan Riona" Naya tertawa saat Rionala akan melempar sendok bekas makannya.

"Bangke lo ya, nyumpahin gue mati duluan"

"Becanda, Riona"

"Lo sih sembarangan kalau ngomong!" gerutu Vio lirih saat mengingat jelas obrolan mereka saat di teman belakang sekolah.

"Sialan, gue kesel sama lo, Nay. Lo kok belum ngabarin gue sih" gerutu Rionala sembari mengusap pipinya yang terasa basah. Matanya terus menatap air yang terlihat tenang di depannya meski banyak orang yang tengah berada di dalamnya.

Di sampingnya, Vio, Vero, Gara, serta kedua orangtua Arhan--menatap lurus lautan yang kini banyak pengunjung, yang rata-rata sedang menaburi bunga serta memanjatkan doa menurut kepercayaan masing-masing.

Pagi telah menyapa, namun kabar baik tak kunjung datang menghampiri keluarga Wira. Meski semua kekuasaan telah Wira kerahkan untuk mencari putra serta menantunya, namun sampai sekarang belum ditemukan jasad mereka.

Hingga mereka memutuskan untuk melihat langsung di tempat kejadian.

Para petugas, masih menjalankan tugasnya mencari para korban yang sementara ini dinyatakan hilang.

"Seneng banget kamu" Hana terkekeh ikut senang saat melihat ekspresi Naya kentara bahagianya.

Rasanya aura Naya, berbeda. Lebih bersinar dari hari-hari sebelumnya.

"Jangan bilang, saat itu kamu lagi senang karna udah tau mau ketemu besan Mamah" lirih Hana dengan mata yang sedikit membengkak akibat semalam tidak bisa tidur serta menangis.

"Bahagia ya disana" Hana memeluk Naya erat.

"Pasti, Mah" ujar Naya yakin.

"Keyakinanmu, kini membuat hati Mamah terluka. Bukan ini maksud Mamah. Mamah nggak sanggup" Hana kembali terisak saat mengingat percakapan mereka sebelum keduanya berangkat.

"Nggak bawa koper"

"Bahkan kalian nggak pulang, pulang kerumah. Mamah nunggu kalian" Wira segera memeluk istrinya yang semakin terisak sembari terus bergumam.

"Bisa di undur, nggak?"

"Gila, lo! Mereka udah siap berangkat anjir" timpal Gara atas permintaan Rionala yang terdengar konyol.

"Udah saatnya" sahut Arhan karena Naya tidak menjawab apa-apa.

"Udah nggak sabar, ya? Mereka liburan bukan sekadar liburan, guys" ujar Vero lalu tertawa diikuti oleh Gara yang ikut menggoda Arhan.

"Coba aja, gue setuju dengan saran Rionala" gumam Gara menatap kosong lautan didepannya. Tanpa sadar pipinya sudah basah.

"Gue salah mencerna maksud lo, Ar. Sorry" lirih Vero lalu menunduk saat mengusap sudut matanya.

"Riona, pengen oleh-oleh apa nanti?"

"Lo. Gue cuman pengen kalian balik dengan selamat" Naya mengangguk pasti.

"Tapi mana? Lo malah-- Argh!" Rionala berteriak meluapkan rasa yang tidak bisa ia jabarkan. Mengabaikan tatapan iba orang-orang yang sama merasa kehilangan.

"Gue ngerasa berat" gumam Rionala tiba-tiba.

"Jujur, hati gue nggak rela lo berangkat sore itu. Feeling gue nggak enak" gumam Rionala didalam pelukan Vio.

ΦΦΦ























Sebagian part sudah dihapus
untuk kepentingan penerbitan



































#####

Termasuk sad end ngga nih?

Menurutku, ngga ada sad end, karena kalaupun mereka pergi kan bareng-bareng, kecuali kalau salah satunya wkwk.

BIKIN EKSTRA PART NGGAK NIH?

Kesel boleh, tapi tolong, jaga jarinya, ya.

15 Oktober 2021

•••

Spil sedikit buat nanti di novel.

Follow Instagram @aninrny_12 untuk info selanjutnya.

Follow Instagram @aninrny_12 untuk info selanjutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ARHANAYA || SUDAH TERBIT ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang