01. Bertemu Dia

73.8K 7.2K 237
                                    

"Assalamualaikum, Nyonya" salam Asih dan Naya membuat Hana-majikannya-menoleh padanya. 

Hana yang sedang menyiram tanaman di halaman rumahnya pun, memberhentikan kegiatannya ketika mendengar suara salam.

"Waalaikumsalam. Bi Asih" balas Hana senang saat tahu siapa yang mengucapkan salam. Akhirnya Bi Asih kembali kerumahnya lagi.

"Ya ampun, Nyonya. Biar saya saja yang menyiram tanamannya" Asih terkejut ketika mengetahui nyonya-nya memegang selang untuk menyiram tanaman.

"Ish. Gak papa biar saya saja. Bibi juga baru sampai" tolak Hana ketika Asih akan merebut selang yang di pegangnya. Pandangan Hana beralih pada gadis yang berdiri di samping Asih dengan kepala tertunduk.

"Nyonya, perkenalkan ini putri saya. Naya" ujar Asih ketika pandangan Hana terus menatap putrinya. Seolah bertanya 'dia siapa'.

"Naya, Nyonya" ujar Naya lalu mencium punggung tangan Hana.

Sekarang Asih dan Naya sudah di kota, lebih tepatnya sudah berada di rumah majikan Asih, keluarga Wira. Asih yang sebelumnya sudah memberitahu, jika sang putri akan ikut bersamanya karena meninggalnya sang suami, membuat Hana paham.

"Oh dia anakmu, cantik" ujar Hana tersenyum ramah pada Naya.

Naya yang di puji oleh majikan ibunya pun tersenyum canggung. Lantas Naya membalasnya "Makasih, Nyonya. Nyonya juga cantik" puji Naya jujur.

Hana meski tidak muda, namun kecantikannya tidak luntur. Ini yang di namakan kecantikan alami, sampai kapanpun tidak akan luntur.

"Bisa aja kamu. Ya sudah Bi Asih sama Naya bisa langsung masuk. Semoga Naya betah tinggal di sini" ujar Hana lalu kembali melakukan kegiatan yaitu menyiram tanamannya, bunga mawar.

"Baik, Nyonya. Terimakasih" ujar Asih lalu berlalu bersama Naya ke dalam rumah keluarga Wira.

"Rumahnya besar, Bu" celetuk Naya ketika mereka masuk kedalam rumah keluarga Wira.

"Nanti kalau Naya sudah sukses, Naya akan belikan rumah yang mewah untuk Ibu" lanjutnya lalu tersenyum masih pada Ibunya.

"Iya, Nak. Sekolah yang bener ya"

•••

Setelah membereskan barang bawaan, Asih kembali bekerja. Menyiapkan makan siang yang kebetulan sebentar lagi jam makan siang, yang berarti tuannya akan pulang dari kantor untuk bisa makan di rumah.

"Ibu, biar Naya bantu" ujar Naya yang baru keluar dari kamar Ibunya. Barang bawaan Naya lebih banyak dari ibunya, jadinya Naya sedikit lama menyusun barang-barangnya.

"Gak usah, Nak. Biar ibu aja. Kamu pasti capek abis perjalanan" tolak Asih.

"Gak kok. Naya gak capek. Naya bantu Ibu ya?" Naya masih keukeuh dengan pendirian. Sebenarnya Naya tidak tega melihat Ibunya yang langsung bekerja. Padahal jelas sekali Ibunya sangat lelah akibat perjalanan dari kampung ke kota.

"Ya sudah. Kamu bantu Ibu potong-potong sayuran yang mau di pakai ya" Asih lebih memilih mengalah, membiarkan Naya membantunya.

Dengan senang hati Naya melakukan perintah ibunya. Di sini Naya akan membantu Ibunya untuk meringankan pekerjaannya.

"Ibu" panggil Naya di sela-sela kegiatannya.

"Ada apa?" tanya Asih yang saat ini tengah menggoreng ayam.

"Ibu nyaman kerja di sini?" tanya Naya pelan.

Asih tersenyum mendengar pertanyaan anaknya. "Ibu nyaman kok. Nyonya sama Tuan baik sama Ibu, mereka gak semena-mena sama Ibu"

ARHANAYA || SUDAH TERBIT ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang