"Lo yakin gak bakal kuliah?"
"Yakin sih, rencananya setelah lulus itu Naya pengen cari kerja, biar gak ngerepotin Nyonya Hana mulu. Naya suka gak enak" ujar Naya setengah curhat. Posisi mereka saat ini masih di kelas, dan untungnya hanya tinggal mereka berdua, wajar saja karena saat ini adalah jam istirahat.
Satu hal yang sepertinya Naya lupakan. Dia adalah seorang istri dan menantu di tempat kerjanya, mungkin sekarang mantan tempat kerjanya.
"Ngerepotin gimana? Lo kan kerja juga disana, meski Ibu lo udah--sorry" Rionala tidak melanjutkan ucapannya karena merasa tidak enak. Padahal Naya sendiri biasa saja, ia tersenyum maklum.
"Iya, sih. Tapi masa Naya mentok di rumah Tuan Wira aja?"
"Gimana kalau lo kerja paruh waktu?"
"Dimana?" niat ingin kerja paruh waktu sudah ada dalam diri Naya saat awal-awal masuk sekolah di Jakarta, namun sekarang situasi dan kondisinya sudah berubah.
"Nanti pulang ikut gue oke?!"
"Sekarang?"
"Iyalah! Apa-apa itu bukan cuman di pikirin aja, tapi lakuin! Biar kita tau apa yang akan kita dapat" ujar Rionala bijak.
"Keberhasilan atau pengalaman" tambah Naya. Naya jadi teringat pesan sang Ayah yang selalu mendukung keinginannya, katanya selagi tidak merugikan siapapun, "Lakukan, jangan takut. Karena setelah itu kamu akan mendapatkan keberhasilan atau pengalaman, bukan kegagalan"
"Jadi gimana? Pengen gak? Soalnya gue punya kenalan di cafe anak sahabat bokap" tanya Rionala memastikan. Maklum Naya itu orang yang plinplan.
"Anak sahabat Ayah Riona? Dia seumur kita apa udah lebih tua?" tanya Naya penasaran. Bukannya mengiyakan atau menolak tawaran Rionala.
"Seumuran bagi gue, tapi satu tahun lebih tua dari lo"
"Wah keren! Itu dia kerja atau--"
"Cafenya punya dia. Udahlah jangan nanya mulu. Nanti gue kebablasan bocorin rahasia lagi" potong Rionala lalu keluar kelas, karena tiba-tiba saja Rionala merasa lapar.
"Riona mau kemana?" Naya jadi bingung sendiri, kenapa ia di tinggal? Dan apa rahasia yang Rionala maksud?
"Kantin. Ikut gak?" ajak Rionala yang sudah diambang pintu.
"Ikut!" untuk hari ini Naya ingin jajan di kantin.
•••
"Tuan" panggil Naya pelan.
Naya sengaja menghampiri Arhan diparkiran, karena melihat cowok itu pasti masih berada diparkiran, entah itu menungguinya atau menunggu sahabatnya. Naya berjalan menghampiri Arhan yang tengah duduk di atas motor besarnya. Sedangkan Arhan sendiri tidak menyahut, ia hanya menunggu maksud Naya menghampirinya.
"Naya hari ini nggak pulang bareng ya, Tuan. Soalnya--"
"Gak ada yang nganjak lo pulang bareng!" potong Arhan cepat, matanya menyorot Naya tajam, seperti ada kilatan... Marah, maybe. Naya terpaku sejenak, ia baru menyadari sesuatu.
"Ingat Naya, kamu dan Tuan punya batasan!" batinnya menjerit.
"Iya, itu maksudnya. Naya mau minta izin, tolong bilangin sama Nyonya kalau--"
"Arhan!" seruan seseorang membuat Naya ikut menoleh.
"Hai, Nay. Lama gak ketemu" sapa Niska yang tadi memanggil nama Arhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARHANAYA || SUDAH TERBIT ||
Novela JuvenilCERITA SUDAH TIDAK LENGKAP. UNTUK PEMESANAN NOVEL ARHANAYA BISA LANGSUNG DI SHOPEE swpbookstore_ ATAU LINKNYA CEK DI BIO INSTAGRAM @sunwater_publisher --- Kisah tentang Arhan dan Naya. Arhan Putra Wira, anak tunggal dari keluarga Wira yang memiliki...