03. Naya Gugup

60.9K 6.4K 249
                                    

Bagaimana gak gugup? kalau kita lagi ngelakuin sesuatu, di liatin terus sama orang. Terlebih orangnya, ganteng.
-Naya Putri-

Happy Reading.

Selepas pembicaraan mengenai sekolah. Naya dan ibunya kembali melakukan Pekerjaannya. Naya akan mulai sekolah minggu depan.

Pagi ini juga Naya kembali membantu ibunya menyelesaikan pekerjaan rumah. Sebelum matahari terbit, Naya dan ibunya sudah kerkutat di dapur.

"Naya nyapu sama ngepel aja. Masak biar Ibu yang lanjutin" Naya mengiyakan perintah ibunya. Naya menyapu rumah majikannya yang begitu luas. Naya sendiri membayangkan setiap hari ibunya selalu menyapu, mengepal, memasak bahkan menyetrika seorang diri.

"Ibu gak ngerjain sendiri kok. Nyonya Hana juga suka bantu" ujar Asih seakan paham apa yang Naya pikirkan. Apalagi melihat Naya yang hanya diam menatap lantai.

Naya mendongak menatap ibunya lekat.

"Beneran?" tanya Naya. Naya kurang percaya jika Hana ikut turun tangan untuk pekerjaan rumah.

"Iya. Nyonya suka bantu ikut masak. Pakaian Tuan sama Nyonya, Nyonya sendiri yang cuci dan setrika. Ibu cuman nyucuci dan setrika pakaian Den Arhan doang"

Hana memang begitu. Hana tidak pernah mengizinkan asisten rumah tangga-nya untuk mencuci pakaian suaminya. Hana sendiri yang akan mencuci dan menyiapkan pakaian suaminya.

"Nyapu halaman juga, gak selalu sama Ibu. Ada Mang Nana yang suka gantiin, kita di sini bagi-bagi tugas" Asih kembali memberitahu Naya tentang tata cara kerja di rumah keluarga Wira.

"Oh gitu. Ya udah, Naya ke depan dulu ya, Bu. Mau lanjut nyapu" ujar Naya lalu membawa sapu ke ruang tamu.

Benar kata ibunya. Naya bisa melihat Hana turun tangan untuk membantu urusan dapur. Tapi pertanyaannya, kenapa kemarin Hana tidak ikut turun tangan?

Lantai ruang tamu, keluarga, kamar-kamar tamu, dan semuanya sudah Naya sapu dan pel. Tersisa lantai atas yang belum Naya sapu dan pel. Naya masih sungkan jika harus naik ke lantai atas, dia tidak ingin berpapasan dengan tuannya apalagi anak dari tuannya.

Naya selalu di buat gugup dan takut jika berhadapan dengan dua lelaki yang memiliki sifat yang sama.

Sama-sama tampan dan menakutkan.

"Nay, tolong panggilin Arhan dong" baru juga berpikir bagaimana cara untuk menghindari lelaki tampan itu. Hana menyuruh Naya untuk memanggil putranya, karena sarapan sudah siap.

Ingin menolak, tapi tidak enak. Naya harus tau diri, jika dia di sini sebagai pembantu. Lagi pula Naya sedang tidak ada pekerjaan, tadi setelah menyimpan alat pel, Naya membatu mencuci piring. Dan sekarang sudah selesai.

"Kamarnya, yang pintu hitam, ya" Hana memberitahunya. Tadinya Hana sendiri yang akan memanggil Arhan, sekalian juga untuk memanggil suaminya, namun suaminya lebih dulu turun.

"Lantai atas belum kamu sapu dan pel-kan? Sekalian ya Nay, Tuan sama Den Arhan juga gak bakalan lagi naik  lantai atas" Naya mengangguk. Sebelum ke lantai atas, Naya mengambil peralatan sapu dan ngepel-nya.

...

Sampai di depan pintu bercat hitam, tangan Naya jadi gemetar. Naya gugup dan takut, untuk mengetuk pintu kamar tersebut.

Dengan memantapkan tekadnya. Naya mengetuk pintu tersebut.

Tok. Tok. Tok.

"Den- eh!"

ARHANAYA || SUDAH TERBIT ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang