31. Kampung = Makam Ayah

44.4K 5.8K 553
                                    

ARHANAYA SUDAH TERBIT.

PEMESANAN BISA VIA SHOPEE YAA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

PEMESANAN BISA VIA SHOPEE YAA.

PEMESANAN BISA VIA SHOPEE YAA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••














-Beberapa bagian dihapus-



















•••

Arhan, lelaki itu terkejut saat dirinya baru

Karena kemarin sudah terlalu sore untuk pergi ke makam, Naya memutuskan untuk pergi ke makam besok paginya. Setelah perkataan Arhan yang mengejek dirinya, Naya mendiami lelaki itu semalaman. Dan Arhan tidak keberatan dengan tingkah Naya, malah lelaki itu bersikap biasa saja.

"Sekarang?" tanya Arhan setelah mereka menyelesaikan sarapan alakadarnya--nasi ditambah telur ceplok.

"Iya" karena mereka harus ke makam dan Arhan yang bertanya lebih dulu, Naya jadi lupa jika dirinya tengah mendiami lelaki itu.

"Naya mau ganti baju dulu" Naya pergi ke kamar untuk mengganti bajunya dengan pakaian panjang serta memakai kerudung.

Naya keluar dengan baju panjang yang di padukan dengan rok plisket serta kerudung segi empat yang menutupi kepalanya. Sedangkan Arhan, hanya memakai kemeja kotak-kotak yang di padukan dengan celana jeans panjang.

"Jalan?"

"Iya, jalan aja. Deket kok. Sekalian silaturrahmi sama tetangga" ujar Naya. Karena biasanya pagi seperti ini selalu ramai dengan ibu-ibu yang berkumpul menunggu tukang sayur, serta bapak-bapak yang tengah menyawah.

Jika biasanya jalan kaki ke makam tidak membutuhkan waktu yang lama, namun sepertinya saat ini mereka perlu waktu yang panjang untuk sampai ke makam.

Karena hampir di setiap jalan, ada yang menyapa mereka, hingga berbasa-basi yang cukup memakan waktu.

Pertanyaan mereka hanya seputar tentang berita meninggalnya ibu Naya serta benar tidaknya berita miring tentang Naya yang sudah menikah.

Arhan dengan tegasnya, memberitahu mereka jika dirinya adalah suami sah Naya. Arhan juga memberitahu mereka, bahwa surat-surat pernikahan sudah diurus kantor desa.

"Kok bisa kamu dapet Nak Arhan?"

"Jodoh dan takdir" Naya kembali bungkam saat lagi-lagi Arhan yang menjawab pertanyaan ibu-ibu.

Sedari tadi memang Arhan yang lebih banyak menjawab pertanyaan seputar pernikahan.

"Kalian nikah bukan karena hamil duluan, kan?"

"Astagfirullah" Naya beristighfar mendengarnya, suudzon sekali mereka, pikir Naya.

"Jaga ucapannya! Kami nikah karena keinginan kami. Dan pernikahan kami sah secara agama dan hukum. Permisi" tegas Arhan membuat mereka bungkam, meski hanya sesaat.

Arhan langsung mengajak Naya untuk melanjutkan perjalanan mereka, meski Arhan mendengar dengan jelas ibu-ibu di belakang mereka tengah membicarakan tentang dirinya serta Naya.

Arhan tidak peduli, yang terpenting semuanya sudah tahu, jika Naya menikah sah secara agama dan hukum dengannya.

Lagipula siapa mereka? Hanya piguran dalam hidupnya, pikir Arhan.

Sesampainya di makam, mereka bersimpuh di samping makam ayah Naya, membaca doa serta surah Yasin dan Sholawat Nabi. Setelah selesai membaca doa, surah Yasin serta Sholawat, mereka tidak langsung beranjak.

"Ayah, ini suami Naya, lho" bisik Naya pada nisan Ayahnya, berharap Arhan tidak mendengar ucapannya.

"Ganteng, kan? Tadi di jalan juga pada bilang kalau Aa ganteng" ucap Naya masih dengan suara pelan bermaksud memperkenalkan Arhan pada ayahnya

Tanpa Naya sadari, Arhan memalingkan wajah, telinga dan wajahnya terasa panas hingga membuatnya memerah.

"Oh, iya. Ada salam dari Mamah sama Papah. Katanya maaf nggak bisa ke sini. Papah sama Mamah baik dan sayang sama Naya, Yah" gumam Naya seraya mengusap-ngusap nisan Ayahnya.

"Saya Arhan, suami anak Ayah serta menantu Ayah. Minta restu atas pernikahan kami, semoga Ayah merestui pernikahan kami" ujar Arhan saat Naya terdiam.

Naya menundukkan kepala sembari mengulum bibir bawahnya, menahan senyum. Kalimat yang Arhan ucapkan sangat manis. Rasanya Naya ingin teriak, saking senangnya.

"Arhan harap, Ayah tidak marah jika memilik cucu secepatnya"

"Aa!" pekik Naya langsung mendongak.

#####

Nggak update seminggu lebih tuh karena minggu lalu aku berangkat, cuman karena modal nekat kurang tekad, jadi aja balik lagi, hehe.

Oh ya, makasih buat kalian yang udah nunggu cerita ini, aku senang. Apalagi sekarang banyak pembaca baru, seneng banget, hehe. Padahal setelah di pikir-pikir cerita ini ngandung apa sih???

03 Agustus 2021

ARHANAYA || SUDAH TERBIT ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang