Hari ini, hari pertama Naya bersekolah di SMA SANTARA, sekolah elit di kawasan Jakarta.
Naya benar-benar tidak percaya bisa bersekolah di sekolah yang elit. Rasa syukur terus Naya ucapkan, Hana adalah perantara bagi Naya untuk bisa bersekolah lagi.
"Bu, Naya berangkat ya" pamit Naya. Sebelum sekolah Naya membantu Asih membereskan rumah majikannya. Rasanya Naya tidak enak, jika Naya berleha-leha sedangkan ibunya kerja keras.
"Iya, Nak. Kamu ingetkan jalannya?" kemarin lusa, Naya di ajak oleh ibunya ke sekolah yang menjadi tempatnya belajar. Namun tidak sampai masuk kedalam, mereka hanya melihat gerbangnya saja.
"Inget kok, Bu. Naya juga tau angkot apa aja yang harus Naya naik" Asih juga memberitahu angkot mana saja yang bisa membawa Naya pulang. Pokonya kemarin lusa Naya di beri arahan, agar bisa berangkat dan pulang sekolah sendirian.
Semua urusan di sekolah, sudah di urus oleh Wira. Hari ini Naya hanya harus bertemu kepala sekolah, lalu nanti Naya akan di beritahu kelas mana yang akan menjadi kelasnya. Kurang beruntung apalagi Naya?
Namun apa ini semua tidak ada timbal baliknya? Semoga saja tiba.
"Bagus. Belajar yang bener, jangan mengecewakan ibu apalagi tuan sama nyonya" pesan Asih. Sebenarnya Asih tak enak hati saat Naya di sekolahkan oleh majikannya. Rasanya Asih sangat berhutang budi.
"InsaAllah, Bu. Naya akan berusaha supaya gak mengecewakan ibu, tuan, nyonya bahkan ayah" semalam, Naya menceritakan tentang dirinya akan bersekolah pada ayahnya. Tentu saja lewat doa.
Asih tersenyum miris, ketika mengingat mendiang suaminya.
"Pegang uang ini. Buat Naya jajan sama pulang" Asih menyelipkan uang lima puluh ribu pada Naya.
"Gak usah, Bu. Ini juga kebanyakan, ih" tentu saja Naya tidak ingin menerimanya. Pakaian sekolah dan peralatan sekolah saja sudah hampir menguras tabungan ibunya.
"Buat seminggu, oke? Assalamualaikum" ujar Naya lalu meraih tangan Asih, untuk di ciumnya. Naya keluar rumah dari pintu belakang.
"Waalaikumsalam"
"Mana cukup lima puluh ribu untuk satu minggu, Nay. Ini Jakarta, bukan kampung" gumam Asih pelan seraya memandang punggung putrinya yang berjalan ke luar rumah.
...
"Naya!" panggil seseorang membuat langkah Naya berhenti. Naya membalikkan badannya, melihat siapa yang memanggilnya.
"Ada apa, Nyonya?" tanya Naya saat melihat Hana berdiri di depan pintu rumah.
"Mau berangkat sekolahkan? Bareng aja sama Arhan" Hana berjalan menghampiri Naya.
"Eh- gak usah, Nyonya. Naya bisa berangkat sendiri" tolak Naya. Naya tidak mau jika harus berlama-lama bersama Arhan.
"Ini hari pertama kamu sekolah. Mending sama Arhan, dari pada nanti nyasar" saran Hana yang sudah berdiri di hadapan Naya.
"Naya tau jalannya. Jadi Naya bisa sendiri, Nyonya" Naya masih berusaha untuk menolak tawaran Hana.
"Pokonya harus bareng! Mang Nana juga lagi nganterin suami saya" senin kali ini, Wira berangkat kantor pagi-pagi, karena akan mengadakan meeting.
"Yakan, Naya naik ang-"
"ARHAN! Ajak Naya" teriak Hana membuat Naya tidak menyelesaikan ucapannya.
Cowok yang sudah rapi dengan seragam sekolah SMA SANTARA itu menoleh pada sumber suara. Niat awalnya ingin langsung ke garasi, namun suara mamahnya, membuatnya harus menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARHANAYA || SUDAH TERBIT ||
Teen FictionCERITA SUDAH TIDAK LENGKAP. UNTUK PEMESANAN NOVEL ARHANAYA BISA LANGSUNG DI SHOPEE swpbookstore_ ATAU LINKNYA CEK DI BIO INSTAGRAM @sunwater_publisher --- Kisah tentang Arhan dan Naya. Arhan Putra Wira, anak tunggal dari keluarga Wira yang memiliki...