37. Persiapan

43.3K 6.2K 958
                                    

Tiba saatnya.

Hari yang mendebarkan bagi anak kelas 12, namun serasa menyenangkan bagi adik kelas, apalagi jika bukan Ujian Nasional.

Segala persiapan telah dilakukan oleh para peserta--kelas 12, sebaik dan sesiap mungkin.

Sistem kebut semalam, hal yang--sepertinya--sering melekat di sebagian murid, begitu pun dengan Naya.

Sejak semalam, Naya merasa kelimpungan dengan materi. Takut-takut, hal yang dipelajari dan dipahami tidak sesuai dengan soal yang dikeluarkan.

Ingin dibawa santai seperti Arhan, namun tetap tidak bisa.

Maklum, 3 semester Naya bersekolah di kampungnya.

Berbeda dengan Arhan, lelaki itu sepertinya sudah siap lahir batin. Bahkan Arhan berdecak melihat kelakuan Naya. Bagaimana tidak, pagi-pagi Arhan disuguhi pemandangan Naya yang sedang duduk disofa sembari memangku buku Bahasa Indonesia--yang jadi pelajaran pertama Ujian Nasional dan jangan lupakan mulutnya yang komat-kamit.

"Udah solat?" tanya Arhan sembari merenggangkan tubuhnya. Arhan baru bangun, tentu karena suara Naya yang sedang menghafal telah mengganggu tidurnya.

Naya menggeleng dengan mulut yang komat-kamit merapalkan rangkuman materi yang tengah dihafalnya. Rangkuman tersebut milik Arhan tentunya.

Kepercayaannya terhadap waktu mengahafal di dini hari membuat Naya sengaja bangun di sepertiga malam.

Arhan mendengus melihat kelakuan istrinya. Ia segera bangkit lalu berjalan menuju kamar mandi, untuk membasuh mukanya sekaligus berwudhu.

"Aturannya sholat dulu, baru menghafal" tegur Arhan yang baru kembali dari kamar mandi.

Naya mendongak, menatap Arhan.

"Belum adzan, Aa" beritahu Naya membuat gerakan Arhan yang tengah memakai sarung berhenti.

"Hah? Ini jam berapa?" mata Arhan mencari letak jam.

"Shit! Setengah empat" umpat Arhan pelan.

Kekehan Naya membuat Arhan menatap istrinya kesal.

"Gara-gara lo!"

"Lho, kok Naya sih?"

"Iyalah!" ketus Arhan lalu menggelar sajadah yang memang sudah ia ambil dari awal.

"Sholat apa?" dari tempat duduknya, Naya tertawa geli melihat kelakuan Arhan.

"Tahajud!"

"MasyaAllah"

Jadilah, di sepertiga malam ini--setelah melaksanakan sholat tahajud dan tadarus, mereka menghabiskan waktu dengan belajar bersama sembari menunggu adzan subuh berkumandang.

•••

Tahun ini sama seperti tahun sebelumnya, ujian nasional dilakukan berbasis komputer. Kecil kemungkinan untuk mereka berdiskusi, lagipula murid pintar, sering bersikap budeg saat-saat seperti ini.

Sepanjang koridor, hampir diisi oleh murid-murid sembari memangku buku atau pun catatan mereka. Detik-detik menuju ujian nasional, memang sering kali membuat murid-murid mendadak rajin seperti ini.

Tidak lupa kumpulan murid ambis berkumpul di depan ruangan mereka, sembari berdiskusi soal yang sering kali mengecoh. Bukan hanya murid ambis, murid biasa seperti Naya pun ikut nyimak apa saja yang tengah dibahas oleh murid-murid yang berada disampingnya.

Tidak ikut nimbrung, bukan berarti tidak mendengar. Cukup tahu diri dengan kemampuan yang dimiliki, membuat Naya hanya bisa menyimak dan mengingatnya dengan baik.

ARHANAYA || SUDAH TERBIT ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang