35. Perhatian Arhan

44.8K 5.4K 303
                                    

"Naya mandi" suruh Arhan yang baru saja keluar kamar mandi.

Lelaki itu baru selesai mandi.

"Naya mau ambil baju dulu, di mobil" ujar Naya memberitahu jika koper berisi bajunya masih berada di mobil. Sedangkan lelaki itu--sudah mengambil baju gantinya, entah kapan, Naya tidak tahu.

"Udah ada, di dalam"

"Masa?" beo Naya tidak percaya.

"Sekalian ngambil" ujar Arhan.

"Terus kenapa langsung dibawa ke kamar mandi? Kenapa nggak kasih Naya dulu" protes Naya.

"Lupa"

"Lagian plastiknya cuman satu" lanjut Arhan. Saat mengambil baju, Arhan lupa membawa kantung, karena tidak mungkin kopernya di bawa ke ruang inap, Arhan mencari plastik bersih di dalam mobil, dan ya.. plastik bekas makanan ringan mereka--yang berada di mobil, Arhan gunakan untuk membawa baju dirinya dan Naya.

Naya mengecek plastik yang Arhan maksud di dalam kamar mandi--yang berada di ruangan Hana. Saat melihat ada pakaian dalamannya, pipi Naya bersemu. Seharusnya, Arhan mengajak dirinya saat ingin mengambil baju. Dasar Arhan, lelaki yang tidak banyak bicara, namun langsung bertindak. Jadinya begini, tidak bilang-bilang terlebih dahulu pada Naya.

"Dingin, nggak?" tanya Naya menyembulkan kepalanya dari dalam kamar mandi. Karena adzan subuh baru saja berkumandang, pasti dingin. Tapi mengingat terakhir kali mandi saat di kampung--dengan berat hati, Naya harus mandi sepagi ini.

"Mau gue mandiin?" alis Arhan terangkat sebelah.

"Aa! Mulutnya, ih. Untung Mamah lagi tidur" Naya harap Hana masih pulas tidurnya, untungnya Wira--beberapa menit sebelum Arhan mandi, izin pulang bersama Mang Nana untuk mengambil baju ganti Hana serta membersihkan dirinya di rumah.

"Alat mandinya, pake punya gue" ujar Arhan.

"Iya. Handuknya?"

"Pake aja sih" ujar Arhan malas.

Bukan apa-apa, Arhan lupa mengambil handuk untuk Naya. Jadi ya, satu handuk untuk berdua tidak masalahkan? Lagipula mereka suami-istri, pikir Arhan.

"Tau gitu, Naya duluan yang mandi" gerutu Naya, bukan apa, hanya saja memakai handuk yang sudah dipakai--alias basah, rasanya kurang nyaman.

"Nanti plastiknya buat baju kotor" ujar Arhan.

"Iya" Naya menutup pintu kamar mandi serta menguncinya.

...

Setelah selesai menjalankan kewajiban sebagai muslim, Arhan pamit keluar untuk membeli sarapan selagi Hana masih tidur. Kini, tinggal Naya seorang yang menemani Hana.

"Cepat sembuh ya, Mah" gumam Naya menatap sendu Hana. Naya tidak tega melihat Hana terbaring lemas di ranjang rumah sakit.

"Keadaan Vio, gimana ya?" gumam Naya teringat tentang Vio. Lalu mengambil handphonenya yang berada di tas selempang, berniat menghubungi Rionala untuk menanyakan kabar Vio.

"Assalamualaikum" salam Naya saat panggilan ketiganya diangkat oleh Rionala.

"Waalaikumsalam. Hoam"

"Gimana kabar--"

"Alhamdulillah lancar. Untuk lebih jelasnya, lo datang ke ruang inapnya" sela Rionala. Suaranya terdengar serak, menandakan jika gadis itu baru bangun tidur.

Tut. Tut.

Naya menatap layar ponselnya. Rionala langsung mematikan sambungan telepon, lalu tidak lama Rionala mengirimkan pesan suara yang mangatakan letak ruang inap Vio.

ARHANAYA || SUDAH TERBIT ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang