Untuk pertama kali dalam hidup Naya, ia menginjakan kakinya di bandara, tempat yang sering ia lihat di televisi kini bisa ia datangi.
"Hati-hati, Sayang" pesan Hana menatap keduanya.
"Peluk dulu, ya" Hana mendekat, memeluk Naya dengan erat.
"Jaga Naya" pesan Hana pada Arhan saat setelah memeluk Naya--lalu berganti memeluk Arhan.
"Mamah tunggu kabar baiknya" Hana tertawa pelan, namun matanya berkaca-kaca.
"Secepatnya, Mah" jawab Arhan terdengar yakin membuat Naya menyikut pelan perut Arhan dengan sikunya.
"Peluk?" tanya Wira seraya merentangkan tangannya, menanti sambutan dari sang empu.
Naya menatapnya, lalu mendongak, beralih menatap Arhan yang berdiri di sampingnya--seolah meminta persetujuanan.
Anggukan serta senyum tipis yang Arhan tunjukkan, membuat Naya langsung memeluk Wira yang sudah merentangkan tangan didepan hadapannya.
"Papah" gumam Naya yang langsung membuat matanya berkaca-kaca.
"Ayah. Naya peluk Papah untuk pertama kalinya" batin Naya saat merasakan usapan lembut di punggungnya.
"Makasih, Pah" Naya mendongak, tanpa melepaskan tangannya dari pinggang Wira.
"Kembali kasih, Sayang" Wira tersenyum seraya mengusap pelan pipi Naya yang telah basah, lalu mengusap kepala seraya menciumnya tepat di kening Naya.
Setelah peluk-pelukan serta pamitan, mereka--Hana serta Wira langsung kembali ke rumah, karena Wira ada pekerjaan penting, hingga tidak bisa menunggu Naya dan Arhan sampai lepas landas.
Setelah mobil yang Wira kendarai melaju hingga tidak bisa di lihat oleh mata, Arhan mengajak Naya masuk kedalam bandara untuk mengurus administrasi mereka.
"Koper biar gue" Arhan segera mengambil alih koper yang berisi baju mereka. Mereka benar-benar hanya membawa satu koper serta tas yang mereka gunakan.
Naya mengangguk, membiarkan Arhan yang membawa koper mereka. Mata Naya mengedar, menatap sekeliling bandara yang ramai oleh orang dari berbagai kalangan.
"Matanya, please! Jangan jelalatan" tegur Arhan yang membuat Naya mendelik. Arhan pikir ia tengah apa, hingga dibilang jelalatan, kesal Naya.
"Keliatan banget lo baru kesini" Naya diam. Tidak menanggapi ucapan Arhan yang menebak dirinya dengan nada yang mengejek.
"Ayok" Arhan merangkul Naya menuju resepsionis. Selama sampai di bandara hingga duduk di tempat tunggu, Naya hanya mengekori Arhan tanpa protes.
Pesawat rute Jakarta-Lombok yang mereka gunakan akan lepas landas pada pukul 4 sore--diundur dari jadwal sebelumnya. Sedangkan saat ini jam masih menunjukkan pukul 15.15.
Masih ada waktu 45 menit sebelum keberangkatan.
"Naya deg-degan. Berasa mau kemana gitu" ucap Naya memecahkan keheningan diantara mereka berdua yang tengah duduk di kursi tunggu.
"Kitakan mau terbang" Naya mengangguk. Tidak selang beberapa menit, terdengar teriakan seseorang yang menyerukan namanya.
"NAYA!" Naya menoleh, begitupun Arhan pada sumber suara yang mencuri perhatian.
"Riona...Vio, Gara, Vero... Niskaa.... Sinra" gumam Naya mengabsen mereka yang tengah berjalan menghampiri dirinya dan Arhan.
"Huh huh" nafas Rionala terdengar memburu saat sudah berada di dekat Naya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARHANAYA || SUDAH TERBIT ||
Roman pour AdolescentsCERITA SUDAH TIDAK LENGKAP. UNTUK PEMESANAN NOVEL ARHANAYA BISA LANGSUNG DI SHOPEE swpbookstore_ ATAU LINKNYA CEK DI BIO INSTAGRAM @sunwater_publisher --- Kisah tentang Arhan dan Naya. Arhan Putra Wira, anak tunggal dari keluarga Wira yang memiliki...