2. °Pelangi°

231 23 0
                                    

"Name."

"Hm ..."

"Kalau semisalnya aku suka sama kamu gimana?"

"Kutolak."

"... kenapa?"

"Karena pasti ujung ujungnya tapi bohong."

Ciel tertawa, "Yah kau sudah tau pasti~ mustahil aku menyukai remaja putri barbar bagai badak sepertimu."

Aku ikut tertawa. Tapi sambil mengacungkan jari tengah di tangan kiriku. Sementara tangan kananku asik makan es krim sambil nonton tv.

Ga buruk juga tinggal di rumah gede gini walau menguras air mata emosi karena setan ireng ini. Setidaknya, isi lemari es penuh dengan makanan minuman yang untungnya tidak hanya bungkusnya saja seperti rumahku.

"Hei, aku bosen di sini, ayo pergi keluar, Name," Ciel memakan kacang mete di mangkuk dekat meja. Posisiku sendiri rebahan di dekat sofa, sofa itu terlalu mahal untuk kududuki dengan santuy tanpa mikir es krim akan menodainya. Aku ga mau ya kena utang seumur hidup gegara ganti sofa, apalagi bayar utangnya pake open ...

"Kemana?"

"Tokyo Tower mau?" Ciel berdiri dan merenggangkan badannya. Ia mematikan televisi yang menyala dengan remote didekatnya.

MAU SIH

TAPI

UGH

Malas ini benar benar membuatku rajin untuk meneruskan kemalasan ini. Aku memakan es krim lesu.

"Males ..."

"Ga malas bernapas? Malas napas sekalian aja," ucap Ciel santai sambil memakai jaketnya. T shirt warna biru dengan sablon bertulis Life is Suck cocok dipadukan dengan jaket putihnya. Sementara celana jins selututnya warna biru tua. Sepertinya outfit berwarna kebiruan memang cocok untuknya dibandingku yang asal pakai nyaman saja.

Ngomong ngomong omongan Ciel yang tadi minta ditempeleng mulutnya. Tapi berhubung aku malas untungnya saja mulutnya masih tetap aman. Sudah kuduga, malas membawa terkadang membawa untung juga.

Aku mengulurkan tangan malas, "Tarik tanganku bantu aku berdiri."

Ciel nurut dan membalas uluran tanganku. Rasanya Ciel lumayan juga dia bisa nurut pada hal hal kecil gini.

"Ups maaf," Ciel menahan tawanya saat dia melepaskan genggaman tangannya padaku yang bertumpu pada tarikannya.

Jancuk. Aku menyesal ke sekian kalinya bilang ini orang dengan kata positif. Memang ini orang udah macam titisan babi ngepet. Hamdalah ayo sabar ... yuk bisa yuk.

Bisa mati aku sama ini orang.

Untung saja aku pakai celana selutut. Jadi pahaku aman dari mata orang orang yang mengharap tontonan gratis, stt diam kalian, pahaku gini gini masih berkilau. Enggan berpelukan dengan Ciel untuk berpegangan, aku lebih memilih berpegangan pada pegangan belakang. Motornya walau motor laki laki yang modis dan keren, untungnya masih ada pegangan belakang.

Geli banget aku sampe peluk pelukan sama Ciel padahal kami belum sah. Apa? Kan bener.

"Lho ga jadi ke Tokyo Tower? Ngapain ke cafe?"

"Males, jauh dari sini," ucap Ciel singkat. Hm iyain aja lah. Penting ga jauh jauh dan bikin capek.

Aku duduk santai berhadapan dengan Ciel di dekat jendela. Aku tersenyum melihat luar jendela yang menampakkan pemandangan sibuk di Tokyo. Ternyata Tokyo melampaui ekspektasiku, ini lumayan menghibur dengan suasana ramai berbeda kampung halamanku. Mana di sini ...

GTDA (Kuroko No Basuke x Reader)  ■ Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang