25. ° Bakat Yang Menyesakkan °

80 12 32
                                    

Membosankan.

Meski basket selalu menyenangkannya, akhirnya kejenuhan menyentuhnya. Dan Aomine menjadi tidak bisa menjadi seperti biasanya. Yang selalu menikmati masa latihannya.

Makanya bola yang ada di tangannya hanya dia pegang. Sementara yang lainnya sudah mondar mandir melatih kemampuannya.

Sekali lagi ia menghela napas, terduduk di pinggir lapangan. Menerima lap tangan dari Name untuk menyeka keringat yang bahkan malu malu muncul di tubuhnya.

"Hei, Name, apa kau tidak mau bolos lagi?" Aomine menyeringai. Seringaian yang kaku dan dipaksakan. Untuk mengalihkan perhatiannya dari apa yang terjadi.

Name kemudian duduk di sebelahnya. Menyikut Aomine dan memberi tatapan yang mengarah pada laki laki berambut merah, "Si cabai sedang razia tuh."

"Tapi aku sungguhan capek dan ingin cuci mata nih~ ayolah Name~"

Cuci mata ya. Name berdehem pelan dan menutup matanya. Menutup pula pikiran untuk mengungkapkan kalau dia sudah lebih dari cukup cuci mata di sini. Keringat laki laki tampan itu sangat harum, menyucikan hidungnya lalu menyegarkan matanya dengan pemandangan surga.

"Lagipula kenapa kau tidak melakukannya lagi? Kau baru sebentar berlatih," Name memperhatikan permainan para pemain basket yang sudah dianggapnya sebagai anak ayam satu sampai seterusnya.

Tangan Aomine meski begitu tak bisa diam, tangannya tergerak memantulkan bola jingga itu sambil fokus pada apa yang diperhatikan Name, "Hanya ingin saja. Lagipula pertandingannya juga sudah dimenangkan jadi perlu lebih menikmati apa yang kita punya kan?"

"Hn iya sih, jatah istirahatmu jarang kau gunakan juga."

"Kan kan~ jadi ayolah Name~"

Lengannya merangkul pundak Name, dan itu terasa sedikit tertusuk tusuk karena rambut Name, "Nanti aku akan mentraktirmu maji burger deh~"

Leher Name menggerakkan kepalanya untuk memandang wajah Aomine, raut muka itu cerah senada dengan tarikan bibir yang mempesona, dan bibir itu mengeluarkan bisikan mengetuk hatinya, "Kalau begitu kita harus segera pergi sebelum Akashi menyadarinya. Ayo kita ke rooftop, kau tau tempatnya kan?"

Kini senyuman keduanya sama. Sama sama menyeringai. Dan tangan Aomine mengenggam telapak tangan itu. Telapak tangan yang kasar dan banyak kapalan menyapa tangan wanita yang sama kasarnya. Aomine membawa Name untuk segera pergi dari lapangan basket yang begitu ramai. Membawanya pergi sesegera mungkin. Seakan Name adalah Juliet yang dapat lepas darinya, direbut oleh seseorang konservatif yang begitu obsesif padanya.

Suara tapak kaki berlari menapaki lorong demi lorong mengantarkan perhatian lebih pada orang orang yang dilewatinya. Itu tangga terakhir, meski Name terlihat akan meleleh bercampur peluh lelahnya, Name memaksakan kakinya untuk menaiki tangga bersama Aomine. Dan mereka sampai di tempat yang begitu cerah. Yang menampakkan hamparan langit biru begitu cerah.

"Ini lumayan," Aomine melangkah keluar dari tempat sebelumnya. Tangannya tetap merapat pada tangan Name yang jauh lebih kecil darinya, "Kau tau tempat yang bagus."

Guraian tawa keluar dari Name, "Ini tempat yang cocok untuk menikmati waktu. Jarang ada yang terpikirkan untuk ke tempat yang dikiranya akan sepanas padang pasir ini."

Kaitan tangan itu terlepas. Dan Name meluruskan tangannya, paduan jari telunjuk juga ibu jarinya membentuk persegi panjang, "Ini tempat yang sangat oke untuk menikmati karakter utama."

Aomine menyeringai menggoda, "Kalau begitu aku karakter utama juga nih?"

"Kau ini bicara apa? Semua orang di dunia ini adalah karakter utama untuk kisahnya dan juga orang lain. Dan kau juga karakter utama dalam kisah hidupku," Jelas Name sambil memejamkan mata menikmati angin mengurai sela sela anak rambutnya.

GTDA (Kuroko No Basuke x Reader)  ■ Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang