42. ° Terbangun °

49 4 9
                                    

"Sampai kapan dia akan seperti ini?"

Ciel sebenarnya lebih ingin menyeret Asano keluar dibandingkan menjawab pertanyaan retoris itu. Dia benar benar tidak habis pikir, apa bagi nyawa Name dia adalah benda keberuntungannya? Hal hal buruk selalu terjadi di saat kebetulan Ciel tidak ada di dekatnya.

Permainan kartunya bersama teman temannya berhenti ketika ponselnya berdering. Firasatnya cukup tajam, Name tenggelam. Lagi. Apa Ciel perlu untuk memasangkan pelampung siap pakai padanya demi mencegah kecelakaan sewaktu waktu? Hal tidak berguna juga untuk rumah sakit ini, merekam kejadiannya secara buram, namun pelakunya sama sekali tidak terindentifikasi.

Seseorang yang memakai jaket tebal dan masker menahan kepala Name untuk terendam dalam air. Ia bisa menyaksikan kepanikan Name di sana dengan kecipak air itu meski kemudian terdiam setelah beberapa menit. Dan beberapa menit kemudian, Name baru disadari keadaannya oleh perawat yang kebetulan datang.

Untung saja, stok nyawa Name masih tersisa beberapa buah lagi, entah sampai kapan. Dokter bilang, Name seharusnya sudah baik baik saja, namun dia tetap memejamkan mata selama tiga bulan ini. Ada kemungkinan penyebabnya adalah trauma nya dengan air karena hampir mati tenggelam.

"Sampai kapan kau akan di sini?" Ciel balik memberi pertanyaan sinis.

Ia tau kalau keberadaan orang terdekat Name bisa memancing kesadarannya, namun, ayolah Ciel sudah bernapas bersama Name dalam satu atap lebih dari 10 jam sehari, melebihi Asano. Bagaimana mungkin Name akan bangun hanya karena pegangan tangan Asano itu?

Asano tentu saja peka akan permusuhan kucing hitam ini, jadi hanya menghela napas, "Sepertinya kau lupa siapa yang kebetulan menolongnya."

Bahkan Asano sampai membagikan napasnya dengan Name untuk menyelamatkan Name. Itu memang berhasil membuat Name mengeluarkan air yang terkumpul di tubuhnya. Namun, itu masih belum cukup membuat Name seratus persen kesadaran penuh memaki laki laki yang mungkin mencuri ciuman pertamanya.

Mata itu terpejam, bibirnya terkatup rapat dan nampak kering, penampilan yang sesuai untuk orang yang belum bangun berbulan bulan. Asano mengenggam perlahan tangan itu yang terasa lemas, dia jadi ingat bagaimana rasa saat Name mengenggam tangannya. Selalu terkait erat hingga Asano menyalahpahaminya. Jika mungkin saja Name menganggapnya sebagai orang yang paling berharga.

Dengan kepribadiannya itu, itu mungkin bukan pertama. Dia pasti melakukannya dengan teman teman masa lalunya. Name tersentak, baru teringat sesuatu.

"Name mengatakan kalian akan pindah lagi. Dan bertemu teman teman smp Name yang sebelumnya. Apa itu benar?" Asano tidak memandang lawan bicara, memandangi Name yang nampak damai lebih bisa dinikmatinya.

Tentu saja. Name memutuskan itu tanpa meminta persetujuannya dulu. Ciel bisa menebaknya mengingat Ciel harus mau tidak mau menuruti semua permintaan Name. Mengingat waktunya tinggal sedikit lagi.

"Ya."

Jawaban singkat itu sudah cukup untuk Asano. Tidak, sebenarnya masih ada mengganjal lagi. Namun, Asano lebih memilih menyimpannya.

"Kau sampai melewatkan wisudamu karena begini, cepatlah sadar agar kau bisa segera menuntaskan keinginanmu itu," Asano merunduk, membelai perlahan tangan yang ada di genggamannya itu. Dan dalam hati, berharap jika Name akan punya lebih banyak waktu untuknya. Yang mungkin baru datang ke hidupnya.

***

Dari sekian banyak kematian, kenapa kondisi sekaratku selalu berhubungan dengan air? Apa dikiranya aku ini jelmaan ikan berkaki yang bisa menggoyangkan kakiku untuk menuju tepi? Ataupun punya insang di sisi leherku untuk bernapas dengan air?

GTDA (Kuroko No Basuke x Reader)  ■ Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang