Hidup Name rasanya makin aneh saja. Baru saja kemarin dia sedikit bahagia karena mendapat perlakuan yang hangat. Name lansung dipukuli besok paginya sebelum jam pembelajaran.
Darah yang menetes dari hidungnya rasanya semakin menyiksanya. Name berlari menyusuri lorong sambil menutupi hidungnya. Yang tentunya membuat orang bertanya tanya, namun juga kurang peduli pula untuk mengurus sosok yang tidak mereka kenali sama sekali.
Dan Name akhirnya sampai di tempat persembunyiannya bersama Murasakibara. Cukup bersyukur tidak ada yang mengetahui ini selain Mura, Midorima dan Akashi. Name jatuh berlutut dan menumpahkan tangisannya.
Entah karena apa, Michelle jadi lebih brutal memukulinya. Dan itu membawa semangat pada yang lainnya.
Lihat, bahkan hanya untuk mengeluarkan kesedihannya, Name harus merasakan sakit pula karena hidungnya yang terasa panas bercampur ingus juga darah. Tapi seberusaha pun Name daritadi menghentikannya, rasanya darah tetap menetes dari hidungnya.
"Name chin, aku akan menghentikan mimisanmu dulu."
Kotak obat yang dibawanya ditaruh di rerumputan itu, dan tangan besar itu menyentuh hati hati pipi Name. Mengangkat wajah Name agar mengarah padanya lalu dengan telaten menghentikan mimisan Name. Name hanya menurutinya dan sosok itu juga terbiasa dengan situasi seperti ini.
"Aku akan mengobati semua luka lukanya jadi tunjukkan di mana saja, kalau luka yang di ..." Bukannya mesum, Mura paling khawatir kalau ada luka di punggung ataupun sekitar perut Name. Karena itu yang paling menyakitkan dan sulit diobati. Jadi Mura memilih untuk melihat dulu reaksi Name.
Name mengangguk pelan dengan senyum kecilnya, "Tidak masalah, aku bisa mengobatinya nanti."
Itu bohong tentunya. Siapa juga yang akan mengobatinya di rumah sepi itu. Paling paling Name akan menahan rasa sakitnya sampai ke dokter dan lagi lagi dokternya akan bertanya tanya apa Name menjadi samsak petinju.
Mura menanggapinya dengan anggukan dan mulai melakukan apa yang jadi niatnya. Sesekali ngilu menemukan memar menggelap berpadu dengan luka luka masih segar.
"Ugh ..." Name mengigit bibirnya saat perih itu bertambah menusuknya.
Ini sudah jadi rutinitas sampingan untuk Mura. Setiap mendapati Name berlari melewati kelasnya, Mura akan memutuskan untuk membolos. Sambil menenteng peralatan pengobatan menuju tempat rahasianya bersama Name. Makanya Mura dapat menjadi dokter gadungan cukup berpengalaman. Itu sudah menjadi keahlian baru Mura setelah Name punya kebiasaan baru.
"Selesai," Mura mengamati Name yang sibuk menghitung lukanya, Name bilang itu dapat menjadi rekor untuk apresiasi bertahannya.
"Kali ini berapa?"
Terkesiap, Name menggerakkan bibirnya hingga gigi putihnya nampak, "Kupikir tujuh? Tujuh angka keberuntungan, mungkin akan terjadi hal bagus setelah ini, Mura."
Lengannya lalu tergerak untuk menuntun Name bersandar di lengannya, pundak terlalu tinggi untuk Name Mura hanya bisa menawarkan itu, "Darimana Name chin tau kalau itu akan membawa hal beruntung?"
Ah, bunga nya cantik meski beberapa jadi layu karena tertindih kotak obat Mura dan mereka. Dan mereka sangat penurut selalu mengikuti aliran angin. Jadi Name memetik salah satu daisy yang rusak dan mencoba memperbaikinya.
"Entahlah," Name menoleh ke arah dinosaurus ungunya, "Keberuntungan itu hanya kepercayaan manusia kan? Kalau aku percaya mungkin keberuntungan akan benar benar datang."
Bahkan tanpa musik romantis mengiringi kesyahduan mereka yang alami, Mura terjatuh dalam senyuman itu. Senyuman yang menjadi favoritnya selain lusinan Maibou. Yang selalu mengikat Mura terbayang bayang akan itu di manapun bahkan dalam mimpinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/255218134-288-k722570.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
GTDA (Kuroko No Basuke x Reader) ■ Season 2
FanfictionGo To Dimensional Anime! Season 1! Hasil remake dari judul yang sama! Setelah ini tamat akan dilakukan revisi perlahan lahan untuk menyesuaikan penceritaan juga alur yang lebih baik. [] [] [] Cuma kisah fiksi yang mengantarkanmu pada perasaan bag...