13. °Titik Mula°

104 14 4
                                    

Yah, memang kadang ada beberapa orang tipe introvert yang hawa keberadaannya tipis. Tapi sekarang aku tau kasus terparahnya hawa keberadaan tipis yang bahkan hampir mirip demit. Kuroko ini semakin aku curigai kalau satu spesies dengan mereka.

Aku bisa melihat jelas keterkejutan Akashi yang kemudian dia kendalikan saat melihat Kuroko. Sepertinya dia menganggap ini kebetulan. Sayang sekali.

"Jadi begitu ... maaf soal itu, Kuroko, aku tidak bermaksud menyinggungmu ..."

Kuroko mengangguk, "Tak apa Akashi kun, aku sudah terbiasa."

Akashi tersenyum lalu menoleh kepadaku, "Ngomong ngomong, Name, kau tadi sangat akrab dengan Midorima sampai berangkat sekolah bersama. Berdua."

... hah berdua? Aku menatap Kuroko yang sudah suram duluan dan lansung berusaha menenangkannya. Waduh, Kuroko, aku jadi penasaran kalau kau pecicilan melakukan atraksi apa hawa keberadaanmu bisa menghilang atau tidak.

"Aku dengan Kuroko juga, Akashi."

Kali ini Akashi semakin terkejut. Tapi berhubung dia berwibawa, keterkejutannya tenang, ganteng, dan tidak heboh seperti Aomine.

Akashi lalu membuka suaranya, dia tersenyum, terlihat tertarik, "Itu menarik. Bahkan Midorima juga tidak menyadarinya karena dia tadi bilang dia berangkat berdua bersamamu."

Kami bertiga semakin bingung. Hah apa yang menarik? Sesama otak lemot memang meresahkan. Namun, kulihat Kuroko dia berusaha membaca maksud Akashi.

Tangan Akashi lalu tergerak dan meninju pelan pundak Kuroko, "Kau punya bakat yang bagus, Kuroko. Jika kau menggunakannya dan mengasahnya itu bisa menjadi senjata yang berguna."

Kuroko terdiam. Memikirkan apa yang dikatakan Akashi.

Sedangkan aku akhirnya mulai paham arah pembicaraan ini. Jantungku yang tadi sudah normal sekarang berdenyut semakin cepat. Tegang sekaligus tak percaya bisa memperhatikan momen ini.

Titik mula semuanya dimulai. Bakat dan kemampuan. Kemenangan dan kekalahan. Juga kesendirian dan kebersamaan.

Walau aku merasa sangat senang sekarang di momen waktu yang seakan berhenti ini, rasanya cukup sesak juga. Membayangkan kesulitan Kuroko yang menanti. Kuroko, aku tidak mau kau sendirian lagi menghadapinya. Aku mau membantumu dan semuanya.

"Jika kau sudah menemukannya. Temui aku. Semoga saja benar kau yang kami butuhkan sekarang."

Akashi lalu menoleh padaku dan Aomine, "Kalian sudah lama tidak di gedung utama. Sebaiknya sesekali ke sana menampakkan wajah kalian."

Aku dan Aomine mengangguk. Yah, memang sudah hampir seminggu kami di sini tanpa di gedung utama. Kalau tidak menampakkan wajah, aku khawatir akan ada rumor yang menyebalkan.

Aku melihat Akashi yang tersenyum, "Lalu kalian sedang bermain kan? Apa aku boleh ikut juga?"

Aku menatap Aomine yang mengangkat bahu. Namun, kemudian Aomine tersenyum saat melihat anggukan Kuroko, "Ya, kau boleh. Lalu bagaimana timnya?"

Bismilah aku dengan Aomine. Jadi aku nanti ga perlu lari lari dan membiarkan Aomine menikmati permainan mandirinya.

Aomine dan Kuroko memikirkannya. Sementara aku bisa melihat Akashi yang moodnya benar benar bagus lansung mengusulkannya, "Aku akan dengan Name. Aomine kau dengan Kuroko."

... jika begini aku pasti harus menjadi hantunya Akashi yang mengikut kemana mana. Capek. Tapi kalau dilihat Aomine dan Kuroko, sepertinya Akashi mau melihat kerja sama mereka.

Aomine mengangguk dengan seringaian, "Kau membawa beban. Kami pasti yang akan menang."

Anjeng, beban. Awas saja nanti bolanya bukan kulempar ke ring tapi ke mukamu. Aku menoleh dan melihat Akashi tersenyum tenang, "Kita lihat saja nanti."

GTDA (Kuroko No Basuke x Reader)  ■ Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang