12. °Mungkin sudah ada perasaan°

116 15 0
                                    

Musim gugur sudah datang. Udara terasa mulai dingin walau ini masih merupakan awal dari musim dingin. Menatap sekitar, daun daun maple dan daun berwarna jingga kemerahan berserakan di jalanan. Angin juga terasa kuat dan menghembuskan berbagai macam dedaunan yang mengering.

Ini terasa cepat juga ya. Rasanya seperti sudah berjalan hampir setengah tahun. Dan momen momen itu masih terasa sangat hangat untukku. Masih jauh dari plot utama, namun dekat dengan perkembangan karakter. Terutama Kuroko.

Sabarlah, Kuroko. Akan lebih baik mengikuti alur terlebih dahulu baru memperbaikinya.

Aku berjalan santai menuju sekolah. Syal yang melilit leherku untungnya mengurangi rasa dingin yang menyerang. Akhir akhir ini aku berinisiatif sendiri untuk meminta Ciel tidak perlu mengantar jemputku. Karena yah memang dekat dan pasti melelahkan untuk Ciel.

Tenang saja, begini begini aku memang rendah hati dan baik hati serta pengertian. Walau Ciel jelmaan setan aku masih harus menyebar rasa kasih padanya karena ya aku ini malaikat tak bersayap yang menebar kasih tanpa pandang bulu.

"Name."

Hm. Suara serak Midorima menggema dalam jiwaku. Apa ini pertanda aku akan bisa menjual hatiku padanya?

Aku menoleh dan berbalik. Berhenti sejenak dan menatap Midorima yang berdiri terdiam.

"Aku mau berjalan di sampingmu untuk jaga jaga."

Hah? Oh ya keliatannya Midorima bisa diandalkan jadi bukan ide buruk juga membuatnya jadi pengawal kami. Aku mengangguk membalasnya. Dan melanjutkan berjalan dalam kediaman.

Midorima terlihat gelisah. Dia berulang kali menaikkan kacamatanya. Mungkin lain kali aku harus membelikannya kacamata renang agar tidak longgar.

"Name."

"Ya?"

Kebiasaan ya ini orang. Kalo manggil ga lansung jawab. Ngeghosting dulu dalam keheningan. Padahal kan sebelum manggil udah dipikir. Hadeh sabar sabar, ini Midorima lumut ganteng, baik, bersahaja jadi tidak boleh sembarangan terpukul seperti ke Aomine.

Midorima memalingkan wajahnya ke arah lain, "Itu, kau ingat saat pertandingan pertama musim panas kemarin?"

Aku mengangguk. Yah tentu saja ingat, itu pertama untukku melihat secara lansung dan itu pertama untuk kalian.

"Apa yang kau katakan saat di tengah sorakan kemenangan itu benar?"

Sial, bahkan dalam penggunaan kata kata saja Midorima menggunakannya dengan efektif. Bismilah jadi istri calon dokter bin profesor.

Tapi tunggu itu yang mana?

Aku mencoba mengingatnya dan saat otakku mulai konek. Wajahku otomatis memerah. Sial, apa Midorima yang jenius nan peka ini paham dengan ucapanku waktu itu?!

"I-itu ... i-itu benar ... a-aku bisa menjelaskannya!"

Respon Midorima semakin salah tingkah dan memerah. Yang membuatku ikut tertular dan malu.

Askskk padahal aku menyiapkan itu untuk di akhir pertemuan kami, kenapa aku malah mengatakannya di awal yang bahkan kami saja belum pernah main hompipa bersama?

"A-aku mengerti."

Jantungku semakin berdegup kencang, "Ma-maaf sudah membuatmu kepikiran dengan itu ..."

Midorima membuka mulut dan menutup mulutnya berkali kali, terlihat ragu dan salah tingkah. Lalu kemudian akhirnya membuka suara, "Terima kasih sudah menyatakan ..."

Sepertinya aku sudah mati. Ini gawat.

"A-apa kau sungguh menyukaiku secara khusus?"

"A-aku menyatakannya pada kalian karena sejak dulu aku menyukai kalian semua!"

GTDA (Kuroko No Basuke x Reader)  ■ Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang