37. ° Menyadari Sesuatu °

57 7 3
                                    

Aku bukan spiderman. Aku mengakui itu dengan kerendahan hati terdalamku. Makanya, aku akan sangat tidak terkejut ketika melakukan usaha sia sia ini.

Berusaha menyerang Karasuma sensei sesuai dengan yang telah diamanatkan padaku di siang hari ceria ini. Dan kemudian berakhir menyerang angan angan sambil mencium tanah.

Tanah tidak semanis ciuman dari Akashi yang berbau susu jahe. Itu pahit, dan berbau kekalahan telak.

"Usaha yang bagus, Name, tapi kau mudah dikelabuhi," Karasuma sensei mengevaluasi kegagalanku meski dia tetap sibuk dengan agendanya. Diserang dari segala arahnya secara bertubi tubi.

"Tak masalah, Name san, kau bisa mencobanya lagi, Karasuma sensei memang sesulit itu," Nagisa mengulurkan tangannya padaku. Sempat sempatnya dia peduli padaku padahal aku sedang sibuk mencicipi rasa tanah untuk pertama kalinya. Rasa tanah masih membekas di mulutku, jadi aku berusaha menyingkirkannya.

Aku meraih uluran tangannya dan berdiri, "Terima kasih, Nagisa."

Lihat duplikat dari Kuroko ini. Bagaimana bisa ada manusia yang tak tanggung tanggung pesona kecantikannya. Senyum manis berseri, wajah bulat imut, hingga rambut biru yang menenangkan. Jika pun ada yang ingin melamar Nagisa, aku akan percaya itu karena dilihat dari aslinya dia memang semanis itu.

"Nagisa, apa kau tidak ingin melepaskannya saja?" Mataku memindai Nagisa dari bawah ke atas secara berulang.

Barangkali, Nagisa memang telah terbiasa. Dia lansung peka akan maksudku dan lansung menyangkalnya kuat kuat, "I-itu tidak akan terjadi!"

Nagisa lansung pergi dari hadapanku dan berpartisipasi dalam latihannya ini. Dia benar benar pemalu sih~ tak masalah, meski kau menyangkalnya, aku tetap mendukungmu sebagai kandidat sempurna untuk Kayano-ku yang sangat manis. Pekerjaanku di sini adalah memindai calon calon kapalku dan aku tidak akan membiarkan mereka karam dengan mudahnya. Itu pekerjaan mulia yang tidak bisa ditangani oleh seseorang selain aku!

Di sisi seberang, ada Isogai Yuuma dan Kataoka Megu yang sedang berdiskusi, sepertinya mereka punya strategi jitu menjatuhkan si tangan besi itu. Lalu di sisi lainnya ada Okano Hinata dan Maehara Hiroto, yang mereka hanya berdekatan saja. Ya, berdekatan sekitar tujuh meter saja. Lalu beberapa pasangan yang tidak bisa kusebutkan banyak banyak karena akan memakan isi chapter cerita ini.

"Akh aduh!"

Suara yang murni, lembut, dan manis mengambil perhatianku dari kesibukan tugas suciku. Dan di sana, Nagisa sepertinya habis terjatuh. Karena ada suara benturan cukup keras sebelumnya hingga Nagisa nampak cukup kesakitan di bagian bawah juga belakang kepalanya.

"Ah, maafkan aku, aku terlalu berlebihan," Itu mengejutkan Karasuma sensei sampai menjatuhkan seorang murid sekeras itu. Dia membantu Nagisa berdiri dan memastikan tidak ada tulang yang bergeser.

Ya, tentu saja aku akrab dengan adegan mirip seperti ini. Dan setelah lama kuwaspadai, itu muncul. Datang setelah pembelajaran berikutnya.

Laki laki bertubuh gempal, namun kekar menyapa kami. Terduduk dengan memamerkan aneka makanan manis setelah perkenalan ringkas itu.

"Yah, aku suka makanan manis. Makanya itu menumpuk di sini," Dia menepuk nepuk perutnya yang berisi. Citra yang hangat dan nampak kebapakan.

Nakamura tertawa ringan bersama yang lain, "Takaoka sensei sangat lucu~ Sensei seperti bapak bapak saja."

Wajar untuk mereka tidak mencurigai hal itu. Sementara aku, menimbang nimbang apa yang harus kulakukan. Aku sudah berjanji pada Ciel untuk tidak melakukan hal berbahaya. Dan meski masalah ini berlansung sebentar, aku ... tidak bisa membayangkannya. Apa aku akan bisa mengendalikan diriku saat melihat kekerasan terjadi pada mereka? Karena aku sendiri sebenarnya masih terbayang bayang pengalaman itu. Pengalaman bagaimana aku dihajar habis habisan tanpa ada kesempatan melawan.

GTDA (Kuroko No Basuke x Reader)  ■ Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang