3. °Hari pertama nguli°

161 22 2
                                    

Aku ingin menangis.

Sungguhan ingin menangis menjerit tertawa merutuk diriku yang bodog.

Hari pertamaku sekolah yang ingin kubangun dengan image yang tidak menonjol menjadi buyar.

Yang ada sekarang aku akan sangat menonjol dengan memakai tas warna merah muda mencolok bergambar barbie yang dibelikan Ciel. Ciel sialan, dia sepertinya mau membuatku sangat malu di hari pertama. Dan dia dengan santuynya bilang kalau dia lupa kalau di Jepang hanya diperbolehkan tas formal warna hitam.

Aku bisa mendengarkan dengan jelas bisikan bisikan mereka akan noraknya aku. Ugh bajingan Ciel awas saja bakal kutaruh koe ke kandang kucing.

Aku berjalan sambil menutupi tas sialan ini dengan tanganku sebisaku mengikuti guru di depanku. Lalu mataku berusaha mencari papan kelas dengan kelas 1-2. Ciel sudah mengurus semuanya setelah ia mengantarku ke ruang guru dan guru ini sigap lansung mengantarku ke ruang kelasku. Bel sudah berbunyi dan banyak yang mulai masuk kelasnya dengan tertib.

Berbeda sekali dengan di Indo yang masih santuy nongkrong sambil nyiulin cewek. Alhamdulillah aku ga pernah disiulin, aku sadar diri mukaku standar oke.

"Anak anak, sebelum memulai pelajaran, ibu perkenalkan murid baru, ini [Name], dia akan menjadi teman kalian untuk kedepannya jadi mohon bantu dia. Dia dari Indonesia."

"Wah dia norak sekali! Hahaha! Memangnya di Indonesia pakai begituan kah?"

Sialan, awas saja koe, kucatet wajahmu buat kubuat modar karena kopi sianida.

Aku tersenyum mencoba tenang, "Hahaha, ini karena saudara angkatku mencoba menjahiliku untuk hari pertama, bukankah itu cukup bagus untuk awalan menahan kesabaran dan menahan kegilaan yang memuncak?"

Tawa kembali terdengar dari seisi kelas, guru itu pun juga tertawa anggun lalu menormalisasikan suasana, "Sudah sudah, Name san kau bisa duduk di bangku yang kosong di sana."

Aku mengangguk nurut. Di sini ada banyak cogan yang lumayan juga. Pokoknya besok aku harus mengganti tasku dan berhenti menonjol. Itu benar benar membuatku tidak nyaman kalau diingat dengan sesuatu yang aneh.

Aku lalu mengeluarkan alat tulis. Saat tidak sengaja menoleh ke kanan dekat jendela aku melihat orang itu lagi.

"Kuroko?"

Kuroko menoleh ke arahku, wajahnya memang datar tapi dahinya yang mengkerut menandakan kalau dia bingung, "Ada apa, Name san? Apa ada yang salah?"

Aku memerah malu lalu menggeleng cepat. Sepertinya aku membuatnya bingung dengan tiba tiba memanggil namanya. Dan juga dia kelihatannya agak terkejut aku lansung mengenalinya.

Tentu saja aku lansung mengenalinya! Kuroko sangat berkesan dalam hidupku, aku tidak akan melupakannya!

Jujur saja aku sedikit kesulitan dengan mencatat materi yang ada. Ugh aku memang mengerti dengan bahasanya karena aku sudah berusaha keras untuk mempelajarinya dibantu dengan kemampuan ajaib Ciel yang membuatku lebih mudah beradaptasi di Jepang ini. Namun tetap saja itu tidak menambah pemahamanku akan materi dan gaya pembelajaran begini. Bahkan aku jadi sering kebalik menulis catatannya.

Bel istirahat berbunyi dan catatanku berantakan. Ugh ini benar benar sulit.

"Name san," aku menoleh ke arah suara dan mendapati Kuroko menyodorkan buku catatannya padaku, "Aku sudah berusaha mencatat apa yang penting jadi kau bisa mencatatnya."

...

Ugh calon suami siapa ini. Aku terharu sekali. Kuroko benar benar baik murni dan manis. Aku janji aku tidak akan membuatmu menderita karena perubahan mereka. Jika begini aku semakin yakin untuk masuk ke klub basket untuk membimbing mereka.

GTDA (Kuroko No Basuke x Reader)  ■ Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang