22. °Keterikatan°

100 12 3
                                    

Akhir akhir ini rasanya saat bangun sangat tidak nyaman. Terbangun dengan napas terengah engah dan bekeringat dingin.

Tidak tidak, ini bukan mimpi dikejar titan ataupun gunting Akashi. Atau juga bukan adegan yang perlu kesensoran luar biasa. Aku tidak ingat mimpiku, tapi yang pasti sungguhan bukan itu. Yah, itu bukan masalah yang menganggu hidupku karena waktu tidurku juga selalu cukup meski terbangun dengan begitu.

Karena punya riwayat sakit disebabkan komplikasi afk saat menjadi babu mereka, Ciel benar benar mengawasi jadwalku. Dia selalu mengirimkan banyak ancaman kalau tak cepat pulang aku akan diusir, yah meski diusir sekarang aku sangat percaya diri aku akan bisa bertahan hidup dengan menumpang hidup bersama para pelangiku. Itu sungguh bukan hidup yang buruk juga, apalagi dengan Akashi mwehehehehe.

"Name," suara Akashi memanggilku dan otomatis aku menoleh padanya. Mata merahnya menatap lansung padaku, kini aku sudah kebal dengan rayuan setanmu, mas. Aku bangga dengan bakat baruku.

"Name, aku baru tau kau punya hobi baru menatap poniku?"

Walau tidak seratus persen sih, kalau aku melihat Akashi yang tersenyum, aku merasa bisa tewas kapanpun itu. Ah, sepertinya aku meneteskan air mataku dengan perbedaan kasta ini, serasa seperti kasta Sudra dan Ksatria. Yah, apa yang kuharapkan? Akashi sudah pasti tidak akan kujangkau, seleranya saja wanita bermartabat, kalau aku? Aku pasti jadi wanita bermartabak, yang datang membawa martabak berharap bisa menyogok bapaknya yang tak pernah makan martabak.

Akashi pasti tersenyum sekarang, alis dan matanya bergerak seperti saat biasanya ia tersenyum, "Terkadang aku penasaran sekali dengan isi pikiranmu, Name. Dahimu yang berkerut itu seperti menyimpan banyak rahasia yang ingin kuketahui untuk semakin mengenalmu."

Yang pasti pikiranku isinya adalah pertengkaran pikiran antara kewarasan dan kegilaanku. Berada di lingkaran orang orang ajaib membuatku tertular juga ajaibnya, seperti yang permainan menebak berapa waktu yang dibutuhkan Kuroko untuk menyisir rambutnya setelah tidur. Berapa olesan pomade dari Midorima untuk membuat tetap klimis begitu? Apa Kise saudaranya minion?

Ah, pikiranku memang terlalu liar.

"Sebaiknya kau tidak usah tau daripada nanti kau menyesal," tanganku bergerak seperti mesin memilah milah sesuai kategori minuman kaleng ini. Ngomong ngomong, siapa orang yang mau minum Licorice dan Jahe? Seperti bapak bapak saja ...

Tanganku yang memegang minuman kaleng Licorice itu ditahan Akashi, pergelanganku ditahan dengan tangan kirinya lalu dia mengambil minuman kaleng itu, "Aku tak akan menyesal jika itu kau, Name."

Sekarang pasti dahiku mengernyit jelek karena Akashi sekarang tertawa melihat reaksiku, "Kenapa aku?"

"Karena aku akan menyukai pikiran dari orang yang kusu-"

"Name cchi! Gawat nih!" Teriaknya penuh kehebohan menginterupsi perkataan Akashi.

"Kenapa, Kise?" Yah, aku sudah terbiasa untuk tidak terkejut dengan sikap hebohnya Kise. Aku sudah banyak menyesal ikut panik setelah dia panik seperti itu. Apalagi saat dia memanggilku dengan ketakutan hanya untuk mengusir seekor cacing yang bahkan hanya seukuran telunjuknya.

"Midorima cchi dan Mura cchi bertengkar!"

Ah, here we go again. Ini sudah yang ketujuh kalinya dalam dua hari ini. Mulai dari perbedaan cara makan hingga makanan kesukaan. Murasakibara bilang membenci wortel padahal Midorima cinta mati pada wortel. Itulah pemicu perang dingin mereka.

"Ya ... aku akan ke sana ... setelah menyelesaikan menyusun ini ..."

Jujur saja, kalau pertengkarannya tak sesering ini aku tak akan waspada pada alurnya. Aku rasa aku mulai santuy sekali dengan semua kenyamanan ini dan menganggap pertengkaran keduanya itu pertengkaran anak anak biasa, yah mereka masuk usia remaja labil sih jadi wajar saja kalau begitu.

GTDA (Kuroko No Basuke x Reader)  ■ Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang