Di sinilah aku, menikmati musim panas. Menikmati berada di planet lain yang posisinya dekat dengan matahari. Ya benar, musim panas ini mirip seperti di planet Bekasi hanya saja musim panas di Jepang benar benar seperti namanya.
Debur ombak terdengar sayup rendah karena kalah dengan teriakan teriakan bising orang orang di sekitar sini. Pasir putih menyengat kaki menyerap panas matahari bisa membuat kaki tersiksa kalau tidak memakai sandal. Aku menghela napas di bawah parasol. Tanganku bekerja mengusap usapkan es batu ke pipiku, dan ya ini sudah kedua belas kali aku mengganti es batu itu. Kalau ingin menuruti kegilaanku, mungkin aku akan memasukkan es batunya juga ke dalam bajuku.
"Name, ambilkan pocari nya dong!"
Aku menghela napas dan memberikan yang di mau ke orang itu. Baru saja aku mau duduk di tempat teduh, sudah dipanggil lagi.
"Name, handuknya kasih ke sini!"
Aku berlari dan memberikan handuknya. Dalam hati menggerutu. Orang tuaku membesarkanku untuk menjadi bank tapi di sini aku jadi babu. Gapapa deh, lagian aku kan emang tugasnya gini. Hadeh sabar sabar.
Aku merasakan pundakku ditepuk, aku menoleh dan mendapati Midorima di sana. Midorima menyodorkan botol minum kodok kepadaku. Kulihat embun embun air dan isi air es bening dengan lemon di dalamnya membuatku meneguk ludah. Mengabaikan botol bening yang tutupnya terdapat kepala kodok tersenyum ceria.
"Minumlah ini."
Aku mengangguk dan meminumnya. Bagai seperti orang yang menemukan air di gurun. Rasanya segar sekali setelah pergi ke sana kemari memberikan apa yang diinginkan orang satu klub.
Midorima menerima botol minumnya yang kuberikan lagi, dia terdiam menatapku. Ada apa ini? Apa dia jatuh cinta padaku? Anjir aku belum siap, ugh hatiku jangan berdegup degup dulu dong.
Aku menunduk dan ternyata. Midorima mengusap keringatku dengan sapu tangannya. Sapu tangan hijau limau yang agak basah. Aku hanya terdiam dan membiarkannya. Mungkin wajahku agak sedikit memerah sekarang. Bau Midorima dari sapu tangan memasuki hidungku, bau parfum maskulinnya bercampur keringatnya, semoga saja itu tak bercampur dengan keteknya, walau sepertinya ketek Midorima masih wangi deodoran.
Aku menikmati momen itu. Midorima mengusap keringat di dahiku dan lalu terdiam. Dia lalu mulai bersuara.
"Kau tidak terbiasa dengan musim panas ini? Kau terus berkeringat dan terlihat pucat, berteduhlah."
Jantung. Tenang tenang. Ini masih perlakuan umum. Ayo ucapkan istigfar bersamaku.
"Tapi tugasku bagaimana? Momoi juga pasti sibuk mencatat."
Midorima menghela napas lalu menaikkan pelan kacamatanya, "Aku akan bilang pada Nijimura senpai kalau kau perlu beradaptasi dengan ini."
Aku menggeleng, hah justru adaptasinya dengan aku harus perlahan mulai terbiasa dengan ini. Bukan dengan istirahat terus di bawah tempat teduh sambil mandi es batu. Ini bukan kekeras kepala, hanya saja aku juga tau batasanku kalau sudah melewati batasanku aku pasti akan berhenti.
"Aku masih tau batasanku, jadi tenang saja," aku tersenyum mengatakan itu. Mendengar namaku dipanggil aku lansung berlari ke arah lain. Sebelum itu aku mengucapkannya pada Midorima.
"Lain kali jangan mengusap keringat gadis sembarangan dengan barang yang sudah kau pakai, bisa bisa dia mati melayang karenamu."
Aku berlari mendekati Aomine yang sekarang di dekatku, "Ada apa?"
Aomine tersenyum lebar lalu menarik tanganku tanpa ijin. Menyeretku entah kemana tujuannya. Ya, kali ini aku tersiksa kembali karena harus berusaha ekstra untuk mengikuti larinya yang benar benar cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
GTDA (Kuroko No Basuke x Reader) ■ Season 2
FanficGo To Dimensional Anime! Season 1! Hasil remake dari judul yang sama! Setelah ini tamat akan dilakukan revisi perlahan lahan untuk menyesuaikan penceritaan juga alur yang lebih baik. [] [] [] Cuma kisah fiksi yang mengantarkanmu pada perasaan bag...