31. ° Balas Dendam °

95 12 21
                                    

Name jadi tak waras, Ciel pun juga begitu. Tidak, dia memang sedari awal gila makanya kehidupan sebelumnya terus berjalan hanya untuk balas dendam. Dan ketika dia berada di dunia barunya, Ciel kembali dikerubungi kepribadiannya yang meronta ronta untuk balas dendam.

Dan dia akhirnya memutuskan untuk lebih bersenang senang dalam upaya balas dendamnya yang baru juga tidak semenantang kehidupan sebelumnya. Dia bahkan hanya melawan Pak Tua yang dengan mudah menyetujui kontraknya hanya karena keuntungan berpihak padanya juga putrinya yang sinting itu.

Teh darjeeling itu mengetuk hidungnya, meminta perhatian untuk diminum selagi hangat, dan Ciel mulai mengaitkan tangannya pada pegangan itu lalu menyesapnya. Orang orang bahkan kameramennya selalu memujinya hanya untuk usaha yang bahkan sudah jadi kebiasaan alaminya, dia memang bangsawan tulen.

Rekaman itu terus mengeluarkan suara, suara dari detektif yang disewanya. Dan Ciel tetap tenang mendengarkan penjelasan panjang lebar dari detektifnya. Bersama Daisy.

"Kau cukup tenang untuk orang yang habis memenangkan dua kasus sekaligus," komentar Daisy yang tak benar benar peduli akan jawabannya.

Bibirnya menyeringai lebih lebar ke satu arah menampilkan keangkuhannya, "Hanya orang orang bodoh saja yang melompat lompat seperti monyet ketika baru memenangkan dua kasus yang belum benar benar terselesaikan."

"Huh, kau masih mau berulah lagi ya? Kau benar benar tidak tau ampun."

Ciel kembali meminum tehnya dengan santai, dengan salah satu kakinya menyilang di atas salah satu kakinya, "Kau berlebihan. Aku masih baik dengan tidak menghancurkan mereka."

"Tapi kau memang cukup pintar, tidak, licik. Memang sampul itu benar benar menyesatkan," Daisy memakan camilan yang ada di depannya. Agak heran bagaimana bisa ada seseorang yang begitu sekomplit Ciel, jenius, licik, berwibawa, tampan, bahkan dia juga ahli bersosialisasi hingga punya koneksi sebesar ini.

"Bagaimana bisa kau punya ide untuk menutupi beritamu dengan skandal orang lain yang bahkan tidak pernah melakukan apapun padamu? Darimana kau mendapatkan itu huh? Aku bahkan tidak tau definisi itu mengarah ke licik yang masih seperti manusia atau seperti iblis?" keluh Daisy dan mungkin juga kekaguman Daisy yang bercampur kegamangan.

Ciel memutar pupil birunya itu, bosan dengan Daisy yang menceramahinya, "Itu hal biasa. Semua orang akan melakukan apapun untuk tetap berdiri di atas. Dan lagi, orang itu memang sudah waktunya hancur aku hanya mempercepatnya saja. Dan diamlah. Aku mau fokus mendengarkan rekamannya."

Bah, lihat orang ini, bicara seakan akan kemanusiaan memang sudah hancur. Daisy jadi heran apa Name mengetahui sosok Ciel yang seperti ini. Dan lagi, fokus? Orang macam mana yang fokus mendengarkan kalau sambil membaca koran seperti kakek kakek?

"Kau punya selera aneh tertarik pada koran."

Ciel masih fokus mendengarkan dua sisi tanpa mengindahkan ke Daisy, "Koran punya informasi menarik yang terbaru. Rumor, gosip, fakta, bahkan bisa jadi berita sesat."

"Ya ya ya, dan karena itu pula kau cukup teliti bisa menemukan seseorang yang menulis beritamu dari koran itu."

Ciel menggerutu menanggapinya. Meski berulang kali meminta Daisy berhenti membahasnya, Daisy tetap melakukannya dan untung saja dia selalu banyak bicaranya di tempat yang benar benar 'bersih'.

Menemukan penulis dari berita itu tidak sulit. Cukup perhatikan ciri khasnya dan inisialnya. Menjadi penulis berita online ya memang tidak semenguntungkan itu jadi dia pasti mempunyai pekerjaan sampingan. Dan pekerjaan sampingan ini pasti meninggalkan jejak yang dapat mengarahkannya menemukan si pembuat masalah ini.

Dan mengancamnya juga cukup mudah. Tamparkan bukti pelanggaran kode etik mereka, meski itu sedikit jika diperhatikan terkadang cukup fatal dan Ciel sangat memahami itu. Ciel juga dapat menemukan benang hitam yang memperkeruh berita kecil ini dengan pernyataan pernyataan soalnya yang dibuat buat.

GTDA (Kuroko No Basuke x Reader)  ■ Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang