"Ciel. Aku minta bantuanmu."
Alis Ciel berkerut. Tidak biasanya di pagi cerah di musim panas ini Name duduk tenang di depannya yang memakan kuenya tanpa ada niatan untuk meminta kuenya ataupun mengambilnya secara paksa.
"Panggil dulu aku sebagai Yang Mulia," Ciel mengucapkannya setengah serius. Dan sibuk mengunyah kuenya.
"Yang Mulia, hambamu yang masih tak sempurna ini meminta bantuan darimu yang rendah hati."
Namun, patuhnya Name membawa ketidakpercayaan bagi Ciel hingga kue yang dikunyahnya itu menempel di tenggorokannya. Apalagi yang mau dibuat ulah lagi oleh gadis ini?
Sapu tangannya tergerak untuk membersihkan sisa sisa kue dari batuk batuknya tadi. Itu sapu tangan yang dibuat Name, dan ada tanda tangan dari idola kesukaannya, jangan tanya kenapa bisa begitu karena kebetulan dia selalu hanya membawa satu sapu tangan dan itu sapu tangan Name.
"Katakan."
Pandangan Name lansung bersinar. Persetujuan itu lansung mengarahkan ke Name yang mengenggam tangan itu dengan penuh semangat, "Ayo pergi ke pantai!"
Hah, pantai?
"Panas panas begini?" Tanyanya keheranan, biasanya juga gadis ini seperti ulat kepanasan ketika ada perubahan suhu.
Yang ditanya mengangguk cukup kuat.
Karena dia sudah berjanji untuk memperlakukan gadis yang baru bangkit dari kematian ini sebagai tuan putrinya. Ciel mengeratkan genggaman tangan itu, dan bangkit dari kursinya. Tangannya satunya bergerak mengambil kunci motornya.
"Kenapa masih diam saja?" Membingungkan gadis ini masih melongo tanpa ada niatan beranjak dari sana. Lagipula petugas bersih bersih pribadinya (Daisy) akan bisa membereskan piring yang masih ada sisa kue itu.
"Se-sekarang?!" Name nampak tidak percaya. Kenapa gadis itu masih meragukan kebaikan hatinya? Ciel jadi kehilangan sabar dan menyeret gadis itu keluar dari apartemennya.
Meski dia hanya memakai sandal bulu, celana pendek berkain katun, dan juga kaus putih bertuliskan kurang lebih intinya 'Maju Bersama Presiden X'. Jangan tanya darimana Name mendapatkannya, gadis itu terlalu aneh hingga wajahnya sering dianggap sebagai partisipan fanatik. Mukanya mungkin jadi nampak politis setelah bergaul dengan Asano.
Ciel memutar bola matanya, kalau dia mengatakannya tepat saat itu juga tentu saja begitu kan? Lebih cepat dilakukan akan lebih cepat selesai.
"Kau tidak tanya apa alasannya?" Name masih begitu terguncang dengan perubahan emosi dari Ciel. Ini yang akan mati sungguhan Ciel atau Name sih? Perubahannya terlalu drastis.
Menyodorkan helmnya ke arah Name, Ciel mulai mengenakan helm yang senada warnanya dengan Name. Dia lansung naik ke motornya dan menyalakan mesinnya, "Tidak perlu. Bukan urusanku juga."
Padahal Name belum dandan. Ugh benar benar, kecepat tanggapan laki laki ini jadi menyebalkan. Padahal biasanya untuk meminta sesuatu dari Name, Name merasa perlu mengikuti kursus kesabaran.
Hah apapun itu, Name jadi menuruti saja untuk segera menumpang di belakangnya. Membiarkan kendaraan itu menembus jalanan untuk ke pantai yang bahkan belum diketahui Name.
***
Aku merasa perlu bertobat memohon ampun atas dosa dosa yang kulakukan pada Ciel di masa lalu. Dia benar benar jadi ... aku tidak tau, siapa orang ini, tapi terima kasih sudah merasuki Ciel.
Dia bahkan bisa lansung mengantarku ke pantai tempat Kuroko berlatih dengan timnya. Padahal aku sendiri tidak tau pantai mana itu. Maklum, selama di Teikou apapun di Kunugigaoka aku terbiasa menempel di lantai sekolah. Kecuali kalau mereka yang mengajak jalan jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GTDA (Kuroko No Basuke x Reader) ■ Season 2
FanficGo To Dimensional Anime! Season 1! Hasil remake dari judul yang sama! Setelah ini tamat akan dilakukan revisi perlahan lahan untuk menyesuaikan penceritaan juga alur yang lebih baik. [] [] [] Cuma kisah fiksi yang mengantarkanmu pada perasaan bag...