35. ° Kelabang °

89 9 3
                                    

Memang kebetulan itu hal menakutkan. Kebetulan aku berpikir kalau aku salah orang. Dan kebetulan pula orang itu ternyata orang yang kupikir salah orang.

"Apa hal biasa untukmu menganga di depan orang baru seperti itu?"

Dia bertanya? Bayangkan jika kau bertemu dengan Presiden dengan pakaian kumal dan masih belum gosok gigi karena malas. Apakah reaksinya kalau tidak lari terbirit birit itu menganga menganggap ini sebuah kenyataan atau fiksi.

Yah, sebenarnya mereka itu fiksi di dunia tempat asalku, tapi tetap saja, aku sendiri sekarang hidup di antara fiksi itu. Bentar, jadi sebenarnya aku ini fiksi juga? Apa aku akan jadi waifu orang orang yang membaca side story dari cerita mereka? Tidak buruk, aku juga ingin viral, bisa saja nanti penampilanku dipermak habis habisan di fanart. Meski aku tidak terlalu berharap bagian depanku ini akan bisa dibuat semenabjukkan Momoi itu.

"Sampai kapan kau akan seperti itu?" Asano kini menaikkan alis. Dan aku menutup mulutku saat aku sudah mulai kembali pada realitas sebenarnya.

"Tidak, kau sungguhan dari Kunugigaoka?" Aku mencoba memastikan kembali, barangkali aku terlalu halu mendengarnya tadi.

Dari raut mukanya sudah nampak jelas dia orang yang tidak suka diulang penjelasannya jadi dia mengerutkan keningnya, "Ya, apa kau seterkejut itu? Ah aku tau," Bibirnya kini tertarik membentuk senyuman culasnya yang khas, "Bukan hal mengejutkan kalau begitu kau mengenalku. Ranking satu dari sekolah swasta terkenal di Tokyo sudah pasti akan dikenal bahkan dari sekolah lainnya."

Orang terpede di dekatku selama ini kukira hanya ditempati oleh Kise. Ternyata, makhluk yang berinisiasi dengan kelabang ini punya kepercayaan diri yang melebihi angkasa. Aku saja selama di sekolah tidak pernah mendengar nama sekolah lain, kecuali dalam pertandingan, bisa bisanya aku mendengar namanya itu. Makanya aku merasa ini tidak mungkin aku berada dalam satu dimensi sama dengan karakter anime lainnya. Yah, sebenarnya selain efek introvertku, mungkin karena sekolahku itu sekolah otot dibandingkan sekolah otak sepertinya. Skalanya sudah berbeda bidang.

Saat aku memperhatikan Asano, kini Asano yang justru berubah wajahnya, terkejut tanpa bisa kuduga alasannya. Apa wajah jelekku kelihatan ya? Ya, wajah jelekku memang akan selalu sama karena sudah template dari Tuhan.

Yah mungkin karena aku terlihat aneh sekali, jadi aku perlu meluruskan untuk memperlihatkan kenormalanku sebagaj manusia, "Aku dari Teikou, kebetulan saja aku pernah mendengar nama sekolah itu dan namamu, itu cukup hebat kau dari sana bahkan juga merupakan orang teratasnya."

Ucapanku itu tulus. Bukan hal ringan untuk seorang anak berlangganan rangking satu dan menempati jabatan ketua OSIS, apalagi dia juga punya keahlian fisik yang tak bisa dianggap remeh. Aku pikir, manusia ini memang pelaku kejahatan seperti Akashi. Yang semua hal bagus sebagai boy material diembat semua olehnya. Pasti banyak hati yang tercuri dan tidak akan dikembalikan oleh mereka.

"Begitu, itu terdengar bagus," Itu imut saat dia memalingkan wajahnya. Berpura pura fokus pada origaminya untuk menutupi semburat merah di pipinya. Itu mengejutkan juga Asano yang kalem itu bisa malu karena pujian dan senyuman dariku.

Tetapi, aku juga tak akan menyangkal kalau aku akan salting brutal kalau dipuji orang asing. Makanya aku tak bisa menahan senyumku untuk senang dengan situasi manusiawi dari seseorang yang kukira robot pekerja soal ujian.

Meski kemudian aku ingin menarik lagi perkataan itu.

"Aku tau kalau kau terlihat bodoh. Tetapi ternyata itu sungguhan benar," Asano yang duduk di dekatku menghela napas. Tunggu, sebelum kalian membela laki laki yang seperti iblis ini. Kalian harus memahami kenyataan. Kapasitas otak orang beda beda.

GTDA (Kuroko No Basuke x Reader)  ■ Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang