16. °Murasakibara Atsushi°

83 12 3
                                    

Kadang, mengurus Murasakibara seperti mengurus bayi besar. Lihat ini, dia nyaman sekali menidurkan kepalanya di pangkuanku sambil meminta tanganku terus tergerak menyuapinya. Dan ini sudah jadi rutinitas harian setelah latihan.

"Name chin, jangan pergi dulu. Sepuluh menit saja sebelum aku latihan lagi," Mura itu selalu menepati janjinya, jadi aku mempercayai itu. Lagipula aku juga menikmati melihat wajah tenang, ralat wajah malas Murakibara yang menikmati keadaan sekarang juga. Ini wajah yang masih cerah sebelum itu.

"Mura, boleh aku bertanya sesuatu?" Aku menunduk melihat Mura yang memejamkan matanya, namun mulutnya masih mengunyah sesuatu.

Kepala itu mengangguk meski terlihat agak susah. Mumpung pohon sakura ini tidak ada penghuni selain aku. Mura sepertinya tau beberapa tempat yang tak terjangkau oleh orang orang. Hembusan angin menerbangkan rambutku dan membuatku semakin tenang untuk mengungkapkan semua yang ada di pikiranku. Tapi, itu tidak boleh semuanya.

"Apa yang kau lakukan jika kau menemui batasmu? Apa kau akan tetap latihan?" Aku memulainya dengan pertanyaan yang membuat mata ungu itu kini terbuka lansung memandangku.

Pandangan itu kemudian mengalihkannya pada yang lain, menghindari pandanganku yang berusaha mendeteksi segala kebohongan, "Aku tidak tau karena belum pernah mengalaminya. Tapi kalau aku berhenti latihan itu artinya aku tidak akan melakukan hal ini lagi dengan Name chin."

Tanganku kemudian tergerak. Mengusap lembut kepala yang ditumbuhi rambut ungu yang halus dan lebat. Aku memejamkan mataku, menghindari pula pandangan Mura yang mengarah padaku, "Bisakah kau berjanji padaku?"

"Tergantung apa yang Name chin inginkan."

Tanpa kusadari, senyum dengan perasaan sedih mulai tergurat padaku, ah apa aku terlalu berharap lebih pada janji yang bisa saja rusak karena takdir?

"Berjanjilah padaku untuk tetap melakukan latihan meski selelah apapun. Dan tolong cepatlah datang kepadaku agar aku bisa menolongmu dari itu," kata kata itu keluar dari mulutku, dengan kehati hatian.

Mura kemudian menyentuh pipiku dengan tangannya. Lihat, tangannya yang besar saja penuh di wajahku.

"Aku berjanji. Aku ingin selalu ditolong oleh Name-chin ku," bisa kurasakan warna merah memenuhi wajahku. Dan kurasa aku akan melayang hingga pergi ke isekai lain saking senangnya.

Aku yang masih memejamkan mata, hanya merasakan Mura berhenti membaringkan kepalanya di pangkuanku. Dan kini dia sepertinya duduk di sampingku.

Kenapa aku enggan membuka mataku lansung untuk memastikan pemandangan ini? Ya, aku tak mau lansung mati kena kutukan atas melihat ketampanan di luar nalar ini.

Tanpa kuduga, Mura mendekapku. Mendekapku dengan erat melalui tubuh besarnya. Aku yang terasa sekecil biji wijen sepertinya akan luluh kapan saja menjadi mentega cair.

"Name chin juga harus berjanji untuk tidak meninggalkanku apapun yang terjadi," ya, kupikir aku siap untuk dibawa malaikat maut sekarang. Tanganku yang penuh kegugupan dan harapan besar akan kesempatan memeluk fiksi tergerak membalas dekapan itu. Tanganku yang kecil melingkar pada tubuh bongsornya.

"Aku akan berjanji."

***

Kini, setiap Name berpapasan dengan Murasakibara, Name lansung berputar balik mengambil arah yang searah dengan Murasakibara and the kawan kawan. Menghindari secara terang terangan Murasakibara. Yang kadang kadang membuat Akashi heran sekaligus senang juga, kedekatan mereka berkurang.

Sementara, Murasakibara merasa tak nyaman dengan ini. Jadi saat Name berada di dekatnya dan berniat menghindar. Murasakibara mempercepat langkah besarnya untuk menangkap lengan Name.

GTDA (Kuroko No Basuke x Reader)  ■ Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang