14. °Saudara Rasa Pacar°

132 16 11
                                    

Ugh, kepalaku pening sekali rasanya. Menghela napas, aku bangun dari tempat tidur. Capek banget. Aku mengecek suhu tubuhku dan tersentak, ternyata lumayan panas juga, tapi yang ini kan tidak akurat karena aku ukur dengan tanganku yang memiliki suhu sama.

Mungkin aku kecapekan. Akhir akhir ini aku sering pulang lebih malam menemani Kuroko sambil belajar untuk ujian. Sudah begitu, lari ke sana kemari membantu Momoi juga mengurus orang orang sinting itu. Aku juga kurang tidur karena begadang membantu Momoi menyusun laporannya.

Ugh sepertinya saking sibuknya aku sampai lupa untuk istirahat. Baiklah, besok minggu aku bisa istirahat. Sekarang aku harus masuk sekolah untuk mengantar sisa laporan untuk Momoi.

Mengambil handuk aku lansung pergi mandi. Setelah mandi lansung bersiap dengan seragamku dan pergi keluar.

Ciel sudah duduk santai di kursi. Jas biru gelap dengan pin sekolahnya tersampir di belakang kursi yang didudukinya. Ciel datang lebih dulu darinya, bahkan dia sudah memakai seragam kemeja putih dan celana panjang abu abu, dasinya birunya juga sudah terpasang rapi. Bah, sepertinya aku kesiangan sekali sampai Ciel lebih dulu.

"Sepertinya kau bermimpi bagus tadi malam sampai kesiangan begini. Apa yang kau impikan? Berenang di kolam uang bersama si kepala merah itu?"

Aku mendengus mendengarnya, tapi jujur yang dikatakan Ciel memang itu mimpi yang bagus, hadeh aku jadi pengen ngerasain mimpi itu. Memakan pancakenya, kulihat Ciel lebih sibuk membaca korannya sambil meminumnya tehnya sesekali.

Kadang, aku berpikir kalau Ciel itu seperti bapak bapak. Bapak bapak tanpa sarung dan peci.

"Wajahmu agak pucat, kau yakin mau tetap menemui bocah bocah ingusan itu?"

Ini orang, aku mau ke sekolah bukan cuma melihat pelangi itu tapi aku ke sekolah juga karena aku masih waras ingin pinter. Aku menghela napas.

"Aku baik baik saja."

Aku menggerutu memegang kepalaku, rasa nyeri di kepalaku semakin menyiksa. Bahkan jantungku yang biasanya penuh detakan jatuh cinta kini berdetak ekstrem membuat tubuhku semakin merasa lelah.

"Oke, aku tidak baik baik saja," ralatku dengan cepat setelah merasakan sakitnya.

Ciel menghela napas dan menaruh koran juga cangkir tehnya. Dia lalu berjalan mendekatiku, tangan kirinya kemudian terulur menyentuh dahiku.

"Ck, kau panas, kalau begitu tidak usah sekolah atau nanti kau malah merepotkan di sana," ucap Ciel sebelum pergi ke dapur.

Hah mungkin memang aku perlu istirahat dulu. Aku menuang teh lagi dan meminumnya. Napasku mulai terengah dan rasanya semakin melelahkan.

Kepalaku serasa dipukul dari berbagai arah. Penglihatanku juga semakin buram diiringi dengan begitu. Memejamkan mata aku menidurkan kepalaku ke meja. Mencoba untuk memperbaiki kepalaku yang rasanya mau pecah.

"Hei jangan tidur di situ, itu menganggu," ucap Ciel yang membuat menggerutu kesal. Aku membuka mataku dan melihat Ciel di sana. Membawa kotak obat dan menaruhnya di dekatku.

"Wajahmu pucat seperti mayat, apa kau mau mati?"

"Hn mungkin aku akan mati karena kesal denganmu," aku memejamkan mata mengabaikannya.

Tersentak saat merasakan tanganku disentuh, aku membuka mataku. Kini bukan hanya tanganku yang disentuh juga diraih, namun juga tubuhku digendong perlahan oleh Ciel. Ciel membawa tanganku untuk ke lehernya agar aku bisa berpegangan dengan itu.

Kadang, Ciel memang peka walaupun dia dingin begitu. Dia peka dan kadang perhatian. Tapi ya itu hanya kadang saja dan sekarang itu termasuk waktu itu.

Tubuhku kemudian diturunkan ke tempat tidurku dengan hati hati olehnya. Lemas dan tidak ada tenaga juga pucat tubuhku, sepertinya aku sudah cocok cosplay menjadi mayat.

GTDA (Kuroko No Basuke x Reader)  ■ Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang