1. °Rumah Baru°

386 24 0
                                    

Alhamdulillah bunda.

Saya sudah membuktikan kalau dari 9 sampai sembilan nyawaku berkata kalau pergi ke isekai tidak menjamin perpindahan yang elit.

Aku yang sudah mau ngantuk maraton anime tadi seketika merasakan kesegaran adrenalin yang memuncak. Kesegaran adrenalin karena merasakan angin yang menusuk nusuk seluruh tubuh bersama dengan sensasi organ tubuh yang serasa jatuh ke bawah seperti naik roller coaster. Bedanya, ini ga ada pengait badan untuk menjamin aku akan sehat wal al fiat.

"Jadi namamu Name ya? Umurmu 17 tahun, suka cowok ganteng dan kaya, suka nee san gagah, suka duit, suka halu, sukarela mati kapan saja? Jadi bagaimana menurutmu keadaan sekarang?" Di depanku, laki laki yang berambut hitam itu membaca buku catatan di depannya sambil minum sesuatu dari botolnya.

Harus ya anjir sebut semua kezaliman ini disebut? Udah macam bendahara kas yang mau nagih kas. Daripada itu ...

"Alhamdulillah dengan kesehatan mental yang luar biasa, saya masih bisa hidup di atas tanah, namun entah beberapa menit lagi mungkin saya akan mati, pak dokter."

Ciel mengangguk paham, "Baiklah, pertanyaan selanjutnya, kalau kamu mati sekarang apa nanti akan menyesal?"

Aku tersenyum saja.

Tanganku sudah bersiap mencekik leher Ciel. Memang ibuku mengajariku untuk tidak membunuh orang. Tapi ibuku mengajariku untuk yuk bisa yuk aniaya orang yang mengancam nyawa.

"U-ugh! Hei aku cuma bercanda! Le-lepaskan aku sialan!"

Sialan? Setelah kau mengajak bergelud dengan membuatku melayang di atas cakrawala gelap bertabur bintang di lapis langit lainnya, kau memanggilku sialan?

"Kalau begitu cepat selamatkan aku jancuk," aku tersenyum lagi sambil tidak melepaskan cengkraman di kerah leher Ciel. Kulihat Ciel yang daritadi main main akhirnya mengangguk.

Alhamdulillah, buk, apakah ibuk bangga aku bisa menjinakkan anak orang yang tampan dan kaya?

Tanpa diduga, Ciel mendekatiku dan uhh ... rasanya udara di sini tambah panas saja ...

UGH MAKIN PANAS

Ciel yang mendekatiku meraih belakang lututku dan menaruh lenganku ke lehernya. Ya, dia menggendongku dengan gaya ala pengantin baru itu.

Dan ya, rohku sepertinya sudah menguap karena sinar bulan ini. Jantung ini yang nakal sudah berdegup tak beraturan. Menggedor gedor kulitku seakan memintaku untuk segera mempertemukannya pada penyebabnya. Sial, aku tak menyangka jika soal beginian ternyata aku ahli mendeskripsikan ugh. Efek terlalu baca romance gini nih. Saking malunya aku sampai refleks menutup mataku rapat rapat.

"Kita sudah baik baik saja, kau bisa membuka matamu, Name," suara yang agak serak basah itu menyambut telingaku, itu lebih mirip bisikan kecil yang seperti ada di adegan romance picisan. Membuka mata, wajahku beruap uap saat melihat wajah Ciel di bawah bulan. Walau redup cahaya bulan di malam ini, namun justru malah membuatnya nampak semakin hot dengan keredupan penyinaran. Mata yang saat di anime terlihat imut menggemaskan seperti duitku kini terlihat agak sipit dengan bulu mata lentik. Hidungnya yang mancung terlihat perfect dengan ukiran wajahnya. Bahkan bibirnya terlihat lebih merona dibanding bibir pucatku.

Astagfirullah. Kenapa Tuhan mempertemukan cowok good looking, indah, bersinar, cerah, menawan pada anak sma ini yang masih suka goleran makan kacang dan tidak bisa membedakan mana maskara dan eye liner? Kan jadi berharap pengen bisa dapat kesempatan berlabuh walau hati akan jomplang dipenuhi rasa insecure.

"Kita akan lansung ke rumah, apa kau siap?" Ciel menatapku lansung, aku tentu saja lansung membalasnya dengan anggukan cepat, "Baiklah, kalau begitu eratkan peganganmu."

GTDA (Kuroko No Basuke x Reader)  ■ Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang