Saat matahari mulai terbit di ufuk timur sana ada banyak harap yang juga ikut terbit. Bersamaan dengan mata dan juga jiwa yang kembali ke raga siap untuk bertempur lagi hari ini.
Dari sekian banyak manusia ada juga yang belum siap meski sinar matahari sudah nyaris memenuhi isi kamarnya.
Tidak peduli saat kakak sulungnya membuka tirai jendela kamarnya lebar-lebar hingga seluruh tubuhnya bermandikan sinar mentari pagi.
Tidak peduli pada ayahnya yang berulang kali mengguncang tubuhnya dengan usapan lembut yang malah semakin membuat tak ingin bangkit.
"Naka bangun sudah pagi" suaranya halus. Alih-alih terbangun Naka seperti sedang dinyanyikan lullaby.
Naka tetap terlelap. Matanya terasa lengket hanya untuk terbuka. Selimutnya dia naikkan. Terserah.
Naka bahkan tidak peduli jika mama dibawah sana sudah mulai mengomel.
Brak!
Pintunya dibuka dengan kasar membuatnya tanpa sadar mendengus dan berbalik memunggungi pintu membiarkan orang yang masuk berdecak kesal. Satu-satunya yang berani membuka pintunya dengan begitu anarkis.
"Naka! Bangun!"
"Lima menit lagi El" gumamnya.
Sosok yang dipanggil El itu berdecak. Melangkah ke arah Naka dan menyingkap selimut tebal itu begitu saja.
"Bangun. Gue bukan Reno yang akan sabar nunggu lo bangun sendiri bukan juga ayah yang iya iya saja kalau Lo mau tidur seharian. Sekarang bangun!!! Cepet!!"
Naka mengerang pelan saat Jiel dengan tidak berperasaan menarik tangannya hingga dia terduduk di atas ranjangnya.
"Ini termasuk kdrt bukan sih ???!"
Jiel memutar mata malas. Menyentil kening Naka dengan sedikit kuat.
"Noh tuh baru kdrt. Buru mandi gih hari pertama sekolah ini masa telat"
Naka berdecak. Turun dari ranjang dan merenggangkan tubuhnya.
"Alah paling yang gak boleh telat anak kelas 10 yang lagi MOS. Kita kan kelas 11 santai ajalah"
Jiel menggeleng menggeplak punggung Naka dengan gemas.
"Udah gak usah bacot cepet mandi"
"Iya bawel!"
Yah pagi hari selalu merepotkan.
🌓🌓🌓
Naka itu pemalas. Maunya selalu sederhana. Tidak suka sesuatu yang rumit dan merepotkan.
Bahkan rasanya jika boleh Naka ingin sekolah tanpa membawa tas. Buku cukup satu buah, pulpen satu biji juga sudah lengkap rasanya. Lalu titip pada Jiel atau saudaranya yang lain. Buku paket letakkan di loker. Sungguh sempurna.
Tapi nyatanya mama adalah salah satu biang dari merepotkannya pagi hari saat berangkat ke sekolah.
Tas harus dibawa. Baju dimasukkan dengan rapi. Rambut harus benar-benar rapi. Sepatu harus bersih. Rasa-rasanya mama bahkan lebih cerewet dari guru BK sekolahnya.
"Hari ini pulang jam berapa ?? Langsung pulang ya jangan keluyuran"
Naka bahkan sebentar lagi 17 tahun jika kalian ingin tau. Tapi tak apalah Naka suka perhatian kecil mama.
"Iya mama cantik nanti langsung pulang—"
"—ke rumah papa"
Meja makan yang awalnya ribut tiba-tiba hening. Mama menghentikan kegiatannya, membuat Ayah berdehem sejenak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nakala ✓
FanfictionMinggu pertama dan ketiga milik mama. Minggu kedua dan keempat milik papa. Tenang, bolak balik dua rumah gak terlalu lelah kok. Cuman bikin muak aja. 🏅#1 nct pada masanya 🏅#1 00l pada masanya 🏅#1 nctlokal pada masanya