Nakala -12-

7.9K 1.2K 138
                                    

Tak ada yang lebih disyukuri Naka selain saat dadanya membaik seiring makin teriknya matahari. Nafasnya berangsur-angsur normal. Tidak sesakit tadi pagi.

Rasanya luar biasa melegakan. Seolah dia baru saja kembali ke permukaan saat tenggelam beberapa lama.

Memang benar adanya, tidak ada yang pernah menyadari betapa pentingnya sehat sebelum dia sakit. Itu kenyataan.

Lalu sekarang dia tengah menatap jengah pada Julian dan Arsen yang sedang membahas pertandingan basket antar sekolah. Tadinya sih membahas sepak bola yang tayang tadi malam eh malah menjadi kesana-kemari dan jadi membahas anak-anak basket yang katanya sok.

Ckck. Naka jika tidak lemas sedari tadi ingin sekali pergi meninggalkan mereka. Tapi jika disimak lebih jauh lagi pembahasan Julian dan Arsen seru juga. Eh ??

"Iya kemarin gue liat Lucas nembak temen kelasnya siapa sih itu namanya ?? Yuni ?? Yuki ?? Ahh nggak tau pokoknya anaknya Koko Liam"

"Oalah tau gue tuh"

Nah sekarang malah melenceng semakin jauh agaknya. Naka menggeleng dan bangkit membuat dua yang lain menatapnya bingung.

"Mau kemana ??"

"Cari angin" jawabnya singkat.

Kemudian pergi begitu saja keluar kelas, lagi pula dia sedang tidak ada niat untuk menambah dosa dengan turut menyimak perbuatan bandar gosip kelasnya itu.

Dan yah dia betulan ingin mencari udara segar. Dadanya yang terasa sesak sejak semalam butuh udara segar.

Dia berjalan tenang ke arah taman belakang yang memang sejuk luar biasa. Penuh pohon tinggi dan tanaman hias. Sejuk dan damai.

Tersenyum kecil saat sampai disana, dengan mata tertutup dia menarik nafas panjang. Tangannya diletakkan di dadanya merasakan nafasnya. Metode lama dari ayah untuk mengatasi sesaknya.

Membuka matanya pelan Naka mengedarkan pandangannya. Lagi-lagi senyumnya terbit saat menemukan Reno juga ada disana duduk bersandar pada pohon besar dengan kertas sketsa di tangannya.

"Kak Ren!" Katanya sambil menyapa sosok kakak tirinya itu.

Reno hanya mengangkat pandangan dan tak balas tersenyum membuat Naka mengernyit tapi kemudian tak ambil pusing dan malah duduk di sampingnya.

"Kak Ren sedang apa ??"

Reno mengalihkan pandangan ke arahnya tapi diam membuat Naka meringis dalam hati.

"Gambar kak Ren bagus kapan-kapan mau gak gambarin muka gue ?? Kayaknya bakal bagus banget"

Reno hanya diam membuat Naka meneguk ludahnya pelan. Tangannya meremas satu sama lain.

"Kak Ren marah ??" Tanyanya pelan.

"Nggak" ucap Reno singkat.

Naka tersenyum tipis.

"Kalau gue ada salah maafin ya kak. Gue agaknya suka gak sadar diri kalau gak diingetin hehe maaf ya"

"Loh sadar ternyata"

Suara Reno terlalu kecil membuat Naka mengernyit dan semakin menatap Reno.

"Hah ?? Apa ??"

"Haha gak ada sih cuman gue baru sadar Lo ternyata sadar ya kalau Lo gak tau diri"

Naka mengerjap.

"Maksudnya gimana kak ??"

Reno mengendik.

"Tadi pagi berangkat sama ayahkan ??"

Naka mengangguk. Memang dia berangkat dengan ayah tadi pagi itupun karena Reno kan sudah berangkat lebih dulu dengan emosi yang menggebu.

Nakala ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang