Sunyi. Sepi. Naka menatap plafon putih di atasnya dengan gamang. Berkedip lambat memproses semua yang terjadi.
Nafasnya terembus pelan sampai membuat masker oksigen yang digunakannya beruap akibat nafasnya sendiri.
Dia melirik tangan kirinya yang terasa sakit. Dia masih linglung tapi semua terasa seperti dejavu.
Pelan dia melirik ke penjuru ruangan dan yang ditemuinya adalah sepi. Dia memejam sejenak dan tersentak begitu saja saat teringat kejadian terakhir kalinya.
"Iel" katanya gusar.
Dia bangkit melepas masker oksigennya, semakin panik saat Jiel tidak kunjung dia tangkap oleh mata.
"Iel... Jiel ??" suaranya bergetar.
Panik. Naka panik hingga nafasnya memburu. Ingatan terakhir kali dimana dia akan menyebrang langsung terbayang.
Masih Naka ingat betul seseorang memeluknya seolah melindunginya. Naka masih ingat betul seseorang itu adalah Jiel yang berteriak keras memanggil namanya dan berlari begitu saja ke arahnya.
Naka semakin gusar semua bayangan jahat juga kemungkinan-kemungkinan buruk menghampiri otaknya.
Dia melirik tangan kirinya yang tertancap jarum infus, menariknya begitu saja seolah bukan apa-apa.
"Iel" katanya kemudian turun dari ranjang tidak peduli pada tubuhnya yang lemas juga kakinya yang tanpa alas.
Pakaian yang dipakainya masih seragam sekolah jadi Naka yakin dia tidak tertidur lama.
Keluar dari ruangan dia melirik kesana-kemari dengan tidak fokus.
"Iel!!" teriaknya tanpa peduli orang yang melihatnya dengan aneh.
"Iel!!"
Dia menangis, air matanya mengalir saat tak kunjung menemukan saudaranya. Dia panik nafasnya terengah pandangannya tak fokus.
"T-tolong, j-jangan kayak kakak, Iel"
Melihat kesana-kemari di sepanjang lorong rumah sakit. Dia baru saja akan mencapai taman rumah sakit saat seseorang menarik tangannya dan memeluknya erat.
"Naka kemana saja ??!" katanya sambil mengeratkan pelukannya.
Naka terisak meremas belakang seragam sosok yang memeluknya.
"Iel??"
"Iya, ini aku"
Naka menangis menyembunyikan wajahnya pada caruk leher Jiel. Perasaan lega memenuhi hatinya. Dia mengeratkan pelukannya pada sosok yang lebih tua.
"Iel takut"
"Ssstt tidak apa-apa"
Kemudian mereka diam, Jiel dengan sabar mengusap punggung Naka dengan pelan membiarkan Naka memumpahkan semua tangisnya.
"Jiel terima kasih"
"Hm ??"
"Terima kasih karena pelukannya hangat"
Jiel tersenyum dan mengangguk mengusap punggung Naka dengan lembut.
"Balik ke kamar ??" katanya lembut sambil mengusap pipi basah adiknya.
Tapi Naka menggeleng meremas ujung seragam Jiel.
"Pulang Iel"
"Tidak bol—"
"Pulang Iel. Tolong"
Jiel menghela nafas menangkup wajah Naka dan mengangguk pelan.
"Iya pulang, nanti dengan ayah ya ??"
![](https://img.wattpad.com/cover/269950083-288-k559480.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nakala ✓
FanfictionMinggu pertama dan ketiga milik mama. Minggu kedua dan keempat milik papa. Tenang, bolak balik dua rumah gak terlalu lelah kok. Cuman bikin muak aja. 🏅#1 nct pada masanya 🏅#1 00l pada masanya 🏅#1 nctlokal pada masanya