Saat segala sesuatu tidak berjalan sesuai rencana rasanya ada saja yang membuat hati tak rela.
Arsen sedari kemarin sudah berencana untuk menjenguk Naka tapi yang ada sampai malam dia malah ada kegiatan. Dan itu menyebalkan.
Rasanya dia tidak tidur dengan tenang tapi jika memaksakan datang ke rumah mama saat malam takut menganggu Naka yang tengah istirahat.
Yah jadilah Arsen belum juga menjenguk Naka bahkan sampai pagi menjelang. Mungkin nanti sepulang sekolah dia akan langsung ke sana.
Berjalan pelan ke dalam kelas, Arsen melotot kemudian berjalan cepat ke arah mejanya.
"Kok udah masuk ??!!!"
Sosok Naka duduk di tempatnya seperti biasa membuatnya terkejut. Padahal kemarin kata Reno adiknya masih sakit.
"El kok Lo biarin Naka sekolah!!"
Sosok Jiel di depannya mendengus.
"Lo gak tau sekeras apa kepala adik Lo itu"
Arsen mencebik menatap pada Naka yang hanya menyengir.
"Ya udahlah gue balik ke kelas dulu. Nanti tunggu di sini aja ya kita pulang bareng" katanya sambil mengusap pelan kepala Naka dan bangkit berdiri.
"Titip Naka ya Sen"
Arsen mengangguk acuh dengan perhatian masih tertuju ke arah Naka, tidak peduli pada Jiel yang sudah melenggang keluar kelasnya.
"Kok sekolah ??"
"Udah sehat"
Arsen mendengus menangkup wajah Naka dengan kedua tangannya.
"Sehat apanya!! Muka macam kertas begini"
Naka berdecak meraih tangan Arsen dan menurunkannya dari sana.
"Gak apa-apa, sekarang mau nyoblos kak Ren kan ?? sayang kalau gak datang, satu suara itu tetap berarti"
Hati Arsen mencelos dengan bibir tercebik turut duduk di sebelah Naka.
"Bisa pikirin diri sendiri dulu nggak ?? Kan kamu lagi sakit, gak suka aku dengarnya"
Naka mengerjap, Arsen jarang sekali menggunakan kata ganti 'aku-kamu' saat berbicara dengannya. Jika pun ada itu adalah saat ada di tengah bunda dan papa atau saat Arsen meminta sesuatu padanya.
Naka meneguk ludah meraih tangan Arsen dan meletakkannya tepat di kening. Dia mendesah pelan.
"Masih panas gak ??"
Arsen melirik pada ekor matanya dan menggeleng pelan.
"Berarti udah sehat" kata Naka tersenyum lebar.
"Makasi Abang udah khawatir, tapi serius aku udah sehat. Nanti kalau emang sakit kan ada Abang. Abang bakal bantuin aku kan ??"
Arsen mengangguk melepas jaket parasutnya dan menyelimuti tubuh Naka yang sudah terbalut switer coklat.
"Nanti kalau lemas bilang Abang ya ??"
Naka tersenyum lebar.
"Iya Abang"
🌓🌓🌓
Reno berdecak kesal saat seorang panitia pelaksana pemilihan ketua OSIS tahun ini mengatakan bahwa caketos setiap nomor urut harus memilih di TPS yang sama.
Bukannya apa hanya saja TPS yang di pilih adalah TPS di aula bawah untuk angkatan kelas 10. Itu menyebalkan karena biasanya anak kelas 10 lebih antusias memilih dan berakhir dengan banyaknya antrian yang harus Reno tunggu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nakala ✓
FanfictionMinggu pertama dan ketiga milik mama. Minggu kedua dan keempat milik papa. Tenang, bolak balik dua rumah gak terlalu lelah kok. Cuman bikin muak aja. 🏅#1 nct pada masanya 🏅#1 00l pada masanya 🏅#1 nctlokal pada masanya