Nakala -2-

12.1K 1.4K 65
                                    

Berbeda tempat. Berbeda orang. Berbeda juga kebiasaan yang ada.

Naka punya dua keluarga kecil sekarang. Otomatis harus mampu mengenali kebiasaan yang ada di dua rumahnya sekaligus.

Harus terbiasa. Sulit tapi tetap harus dilakukan.

Jika pagi hari di rumah mama sudah dimulai sejak fajar baru menyembul maka saat ada di rumah papa kegiatan pagi hari mundur sampai pukul setengah enam. Saat matahari sudah mulai muncul walau malu-malu.

Jika di rumah mama ada tiga orang bahkan empat jika mama sudah geram yang bertugas membangunkan Naka maka di rumah papa hanya ada satu orang yang membangunkannya.

Papa. Beliau akan membangunkan Naka sebelum subuh.

Menyelinap di selimut tebal Naka dan memeluknya erat-erat. Itu dinamakan membangunkan tidak ya ??

Karena alih-alih ingin bangun Naka malah semakin ingin tidur. Menggosokkan wajahnya pada dada papa selalu menyenangkan dan menenangkan pasalnya.

Lalu papa akan menepuk punggungnya dengan ritme teratur.

"Ayo bangun sudah pagi" bisiknya.

Jika seperti itu siapa yang mau bangun ???!

Karena papa tidak bisa diandalkan sama sekali untuk membangunkan Naka maka bunda sendiri yang turun tangan.

Menarik papa agar berhenti memeluknya. Menyikap tirai jendela dan mengambil selimut yang membungkus mereka berdua.

"Bangun. Sekarang!"

Jika sudah seperti itu Naka dan papa tidak punya pilihan lain selain bergegas untuk bangun. Jangan tanya Arsen kemana, karena jawabannya tentu saja belum bangun.

"Arsen!!!!"

Dengar suara bunda yang menggema ?? Itu tandanya Arsen mengunci pintunya dan bunda tidak bisa menyeretnya bangun.

Yah berbeda rumah. Berbeda keadaan. Berbeda kebiasaan. Berbeda juga suasana paginya.

🌓🌓🌓

Arsen turun dengan bibir tercebik masih merajuk karena bunda dengan tega membuka paksa pintu kamarnya dengan kunci cadangan. Padahal saat itu Arsen sedang memakai baju.

Dia malu. Sedihnya bunda malah hanya mengatakan "oh sudah bangun ternyata" tanpa permintaan maaf atau apapun itu namanya.

Bibirnya melengkung ke bawah. Duduk di depan Naka dan pura-pura lemas. Ingin cari simpati untuk membelanya nanti.

Naka yang pada dasarnya memang tidak peka mana mungkin memperhatikan. Dia malah dengan santai memakan rotinya. Mengabaikan tampang Arsen yang sudah macam anak anjing minta dipungut.

"Naka~"

Naka mengangkat pandangan dan menatap Arsen dengan bingung.

"Kenapa bang ??"

Bibir Arsen semakin mencebik.

"Bunda tuh nakal"

Bunda yang mendengar hanya memutar matanya malas.

"Ada gitu ya Abang yang ngadu ke adiknya"

Naka tertawa pelan mendengar sahutan bunda.

"Bunda diam saja!!!"

"Ya sudah bunda yang salah. Cepat makan!"

Tawa Naka semakin keras. Bunda dan Arsen benar-benar menyenangkan. Sungguh. Naka tidak berbohong.

Menyaksikan Arsen dan bunda berdebat itu seru sekali. Naka menyukainya.

"Bunda duluan yang—"

Suara derit kursi yang ditarik menghentikan kegiatan mereka.

Nakala ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang