Malam ini sepi sekali disini. Papa dan bunda sudah masuk ke dalam kamarnya padahal masih pukul setengah delapan malam, menyisakan Arsen yang malah macam orang tak ada kegiatan duduk di balkon dengan kaki yang menggelantung. Untung ada besi yang menjaga kedua tangannya sehingga kemungkinannya akan jatuh sedikit sekali.
Jika Reno menikmati malam dengan menggambar langit malam Arsen lebih suka menikmatinya dan merekamnya dalam ingatan saja. Padahal itu karena Arsen tidak pandai menggambar.
Tadi sore setelah siaran di radio sekolah dia pulang sendirian. Oh iya ngomong-ngomong Arsen memang anggota club siaran. Jadi kadang suaranya mengisi radio sekolah yang isinya kadang malah seperti radio kekinian milik swasta dari pada radio sekolah. Tak apalah yang penting kepala sekolah tidak melontarkan protes maka aman-aman saja. Ah lupakan.
Kakinya terayun-ayun pelan pandangannya jatuh pada sosok pejalan kaki yang merokok sambil berjalan santai. Dia terkekeh geli.
Ingatannya menariknya kembali mengingat pertemuan mengejutkan dia dan Reno dua tahun lalu.
Saat itu papa dan bunda baru satu Minggu menikah. Mereka mengadakan makan malam bersama dengan keluarga mama Naka.
Arsen sebenarnya tidak terlalu suka hal-hal merepotkan seperti itu. Tapi saat Naka tampak bersemangat sambil berbicara heboh bahwa 'kak Ren' dan 'Jiel' akan datang Arsen penasaran juga akhirnya.
Makan malam saat itu berlangsung santai. Di luar dugaan Arsen juga mampu menikmatinya dengan tenang.
Naka sudah sibuk dengan Jiel entah melakukan apa di halaman belakang bersama kucing kecil gendut yang Jiel bawa.
Lalu Arsen yang memang supel ingin mendekati Reno saat itu. Tapi tampaknya Reno tidak tertarik sama sekali untuk berteman dengannya. Karena saat pertama kali Arsen mengangsurkan tangan di depannya Reno hanya melengos dan malah bergabung dengan Jiel dan Naka.
Sombong. Itu kesan pertama Reno yang melekat kuat pada otak Arsen.
Besoknya adalah hari pertama mereka sebagai siswa SMA. Dan sialnya saat pengenalan lingkungan sekolah Arsen dan Reno adalah teman satu kelompok.
Mereka kemana-mana bersama kelompoknya saat itu. Lalu waktu istirahat Reno tiba-tiba menghilang.
Arsen dengan inisiatif mencarinya bahkan hingga ke sudut sekolah yang jarang didatangi sekalipun.
Langkahnya membawanya ke rooftop sekolah satu-satunya yang belum dia cek. Dan boom! Reno ada di sana bersama satu batang rokok terselip di bibirnya.
"Wow gue gak tau Lo begitu ??"
Reno terkejut lantas menoleh cepat dan menatap tajam pada Arsen. Dan tanpa mengatakan apa-apa mematikan rokoknya dan turun lebih dulu dari Arsen.
Arsen masih ingat betul saat itu dia tertawa terbahak.
"Menarik"
Arsen bertepuk tangan sekali saat tawanya menguar hanya karena mengingat kejadian itu.
"Cih dasar Reno. Mudah kebaca"
Dia kemudian bangkit dan membersihkan celananya sejenak walaupun jelas takkan ada kotoran di sana.
"Terlalu mudah kebaca. Jadi ketebak sifatnya gimana. Ckck"
Arsen menggeleng pelan. Buat apa juga dia memikirkan Reno. Tidak penting.
🌓🌓🌓
Ada satu ruangan dimana Reno bisa bebas mengekspresikan dirinya. Tentu saja kamarnya yang dia maksud.
Duduk pada sofa panjang dalam kamarnya dia memangku laptop menulis makalah kelompok yang entah kenapa dia kerjakan sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nakala ✓
FanficMinggu pertama dan ketiga milik mama. Minggu kedua dan keempat milik papa. Tenang, bolak balik dua rumah gak terlalu lelah kok. Cuman bikin muak aja. 🏅#1 nct pada masanya 🏅#1 00l pada masanya 🏅#1 nctlokal pada masanya