Rumahnya terasa dingin.
Memang pada dasarnya sudah dingin tapi kali ini lebih dari biasanya.
Canggung.
Bukan hanya Naka tapi Arsen juga pasti ikut merasakannya. Terbukti dari Arsen yang memilih melipir lagi sepulang sekolah bersama teman-temannya.
Padahal biasanya jika Naka sedang di rumah papa Arsen tak akan kemana-mana. Selalu menempeli Naka.
Tapi agaknya ini memang salah Naka yang sudah membuat suasana rumahnya menjadi tak sehangat biasanya.
Naka mendesah duduk bersandar pada sofa ruang tamu. Lengannya digunakan untuk menutup matanya. Dia sendirian sore ini. Papa dan bunda belum pulang. Mungkin sebentar lagi.
Saat gerbang rumah terdengar seperti terbuka Naka buru-buru bangkit. Berjalan cepat ke depan dan membuka pintu bahkan sebelum di ketuk membuat bunda yang baru saja akan masuk terkejut.
"Oh Naka ?? Kenapa di depan pintu ?? Ingin keluar ??"
Naka menggeleng kemudian meraih tas bunda dan mengajaknya ke dapur.
Bunda bingung tapi tetap menurut. Hanya mengangguk saja saat Naka menawarkan minuman.
"Pekerjaan bunda banyak ??"
"Tidak juga"
Bunda akhirnya bangkit meraih tangan Naka dan gantian menyuruh Naka duduk di kursi meja makan.
"Biar bunda saja. Sekalian mau masak makan malam" katanya lembut.
"Mau Naka bantu ??"
Bunda menoleh menggeleng sambil tertawa kecil.
"Eh ?? Tidak perlu haha Naka jika bosan tunggu di ruang keluarga saja sana. Nonton tv atau bermain game. Abangnya pergi ya ??"
"Ah tidak bosan kok. Iya Abang pergi sebentar katanya"
Bunda menggeleng sambil mulai mencuci sayur untuk makan malam nanti.
"Kebiasaan Arsen tuh pergi keluyuran setelah pulang sekolah"
Naka tertawa.
"Tidak apa-apa Bun. Mungkin bang Arsen kurang nyaman kalau di rumah"
Kegiatan mencuci bunda terhenti. Dia menoleh cepat ke arah Naka.
"Loh ?? Kenapa tidak nyaman ??"
Naka tidak menjawab hanya menunduk dan mulai menulis pola acak di meja makan dengan jarinya.
"Itu.... hmm papa marah pada bunda kan ??"
Bunda tersentak sejanak, buru-buru melepas semua yang dikerjakannya dan duduk dihadapan Naka.
"Siapa yang bilang ?? Tidak, papa tidak marah"
Naka mencebik.
"Naka tau. Papa marah. Maaf karena Naka papa marah pada bunda"
Bunda menghela nafas pelan. Benar kata suaminya Naka adalah anak yang sensitif.
"Dengar"
Tangan Naka digenggam erat. Jari bunda mengelus pelan punggung tangan Naka seolah menenangkan.
"Papa tidak marah. Papa hanya terkejut melihat Naka pucat kemarin. Itu salah bunda. Naka kaget sekali ya nak ??"
Naka mengangguk malu-malu membuat bunda tertawa.
"Maaf ya. Bunda tidak tau bagaimana cara papa dan mama Naka dulu mendidik Naka. Tapi kalau bunda ya seperti kemarin"
"Pantas saja" cicit Naka membuat bunda mengernyit.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nakala ✓
ФанфикMinggu pertama dan ketiga milik mama. Minggu kedua dan keempat milik papa. Tenang, bolak balik dua rumah gak terlalu lelah kok. Cuman bikin muak aja. 🏅#1 nct pada masanya 🏅#1 00l pada masanya 🏅#1 nctlokal pada masanya