Nakala -25-

9.1K 1.1K 40
                                    

Entah bagaimana pergelutan mereka berakhir yang jelas keempatnya malah tertidur di atas kasur besar Reno berempat.

Jiel yang berada di tepi adalah yang bangun pertama dan melihat jam dinding menunjukkan pukul sepuluh malam.

Gila. Dari jam tujuh mereka tertidur dan baru bangun sekarang. Jiel sangsi jika nanti bisa tertidur kembali.

Dengan pelan dia melepaskan diri dari Naka yang menindih lengannya. Astaga Jiel bergelung tak habis pikir.

Naka ada di tengah dipeluk oleh Reno kemudian ada dia dan Arsen di masing-masing tepi kasur.

Jiel tersenyum mengusap lembut kepala Naka saat melihat adiknya tampak tertidur tenang, nyenyak. Bahagia Jiel memang sesederhana itu.

Dia masih mengusap pipi Naka dengan lembut saat ekor matanya melirik Arsen yang membelakangi Reno. Padahal tadi jelas-jelas Arsen memeluk Reno dari belakang.

Jiel berdecih kecil.

"Kalau udah bangun, bangun aja sih gak usah malu gitu"

Dengusan keras Jiel dengar.

"Gue gak malu"

Jiel mencibir tak percaya. Tapi kemudian kembali menoleh ke arah Arsen memanggilnya dengan suara pelan takut membangunkan Naka juga Reno yang masih terlelap.

"Sen"

"Hm ??"

"Bangun dong, gue pengen ngomong sesuatu"

Sosok Arsen sontak berbalik menghadapnya dengan alis terangkat sebelah.

"Apa ??"

Jiel tak menjawab hanya mengendikkan dagu ke arah pintu. Kode untuk mereka agar berbicara di luar.

Arsen menghela nafas kemudian mengangguk dan bangkit.

"Yaudah ayo"

🌓🌓🌓

Arsen meringis pelan melihat ponselnya yang penuh panggilan tak terjawab dari bunda dan beberapa pesan juga dari Papa.

Dia mendesah dan menghubungi bunda dengan mengirimkan pesan bahwa dia akan menginap disini malam ini.

Sebenarnya sedari tadi Arsen sudah kikuk sendiri. Berakhir dengan tidur bersama dengan mereka bertiga adalah pertama kali baginya.

Bahkan untuk membayangkan saja Arsen tidak pernah tapi yang terjadi malah dirinya betulan mengalami. Sedikit merinding geli membayangkan dirinya tadi memeluk Reno saat tidur.

Tuk!

Sebuah gelas berisi susu coklat diletakkan di sampingnya. Arsen mendongak menatap Jiel yang turut duduk dengannya.

Kaki mereka menggantung di balkon. Kebiasaan Arsen memang setiap duduk di balkon, padahal ada kursi kayu juga disana tapi Arsen lebih suka mengayun-ayunkan kakinya di balkon. Dan entah kenapa malah diikuti oleh Jiel.

Beruntung besi penyangga rumah Jiel punya lebih besar celah membuat bahkan dua kaki Arsen bisa masuk sekaligus.

Hening cukup lama sampai Arsen bisa mendengar helaan nafas panjang Jiel di sampingnya.

"Sen"

"Hm ??"

"Akhir-akhir ini Naka sering kambuh, sering susah tidur"

Arsen menghela nafas panjang sebenarnya dia juga ingin membicarakan hal yang sama dengan Jiel. Terkait masalah Naka.

Setelah mengetahui masa lalu Naka dari Papa, Arsen langsung ingin mencari tau lebih lanjut. Dan yah pada akhirnya dia sendiri yang tercengang mengetahui fakta adiknya yang tak pernah baik-baik saja.

Nakala ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang