Jiel itu unik dan aneh tapi juga tipe manusia setia. Saat sudah nyaman dengan sesuatu apapun itu sulit sekali untuk bisa mengabaikannya. Malah terlihat seperti dia bisa melakukan apa saja untuk itu.
Contohnya, Jiel suka sekali kucing. Kendati punya alergi terhadap bulunya Jiel tetap memeliharanya. Merawatnya seperti anak sendiri.
Saat sudah mencintai kucingnya Jiel akan melakukan apa saja. Bahkan setengah dari uang jajannya adalah uang jajan untuk kucingnya. Ayah dan mama tidak mau membiayai kucing peliharaannya pasalnya.
Padahal Nal sangat lucu. Gemuk dan menggemaskan. Kadang jika sedang bosan Naka bahkan sering sekali memperlakukan Nal seperti plushie. Kasian tapi gemas sekali jika tidak diremas.
Jiel juga dengan senang hati memandikan mengajak Nal bermain dan jalan-jalan. Walaupun nanti dapat banyak sekali omelan.
Dari mama dari ayah bahkan dari Reno dengan kalimat yang sama.
"Mandi! Bajunya diganti setelah itu jangan dipegang lagi"
Hah. Sulit sekali mencintai sesuatu yang tidak seharusnya. Menyakitkan tapi menyenangkan disaat bersamaan.
Dan sore hari dengan keadaan rumah sepi cukup menjadi alasan kenapa Jiel dengan tenang membiarkan Nal tertidur di atas dadanya sedangkan dia merebah pada sofa panjang ruang keluarga menonton acara TV yang itu-itu saja.
Mengelus pelan bulu tebal Nal si atas dadanya. Jiel memejam sejenak.
Sejujurnya dia tidak suka keadaan rumah sepi seperti ini. Reno yang sibuk dengan OSIS mana mungkin pulang cepat.
Ayah sibuk di rumah sakit agaknya sedikit mustahil di saat weekdays bisa pulang pada sore hari.
Mama sama saja. Sibuk dengan butik dan WO-nya. Ada yang ingin memakai jasanya sehingga sedang hectic akan itu.
Saat-saat seperti ini Jiel kadang merindukan Naka yang rusuh. Paling tidak rumah akan terasa lebih ramai. Tapi Minggu ini Naka milik keluarga papa.
Nyatanya bukan hanya Naka tapi Jiel pun perlu penyesuaian diri terhadap keadaan sekarang.
"Hah Nal sepi sekali ya"
Tapi tak apa. Jiel masih punya Nal sebagai temannya. Tidak bisa diajak bicara memang tapi cukup membuatnya sibuk dan lupa bahwa dirinya kesepian.
🌓🌓🌓
Sempurna. Reno selalu ingin mengejar kata itu. Tak ada yang menyuruh dan menekannya tapi Reno selalu merasa harus mengejar itu.
Selalu beranggapan dia harus lebih dari orang lain. Ambisius.
Karena itu Reno bahkan tidak punya teman dekat. Hanya mereka yang punya kepentingan dengannya.
Tidak apa-apa. Bagi Reno tidak ada gunanya juga memliki teman. Mereka seperti parasit. Datang saat butuh lalu pergi saat sudah tak ada guna. Munafik.
Tok tok
Suara ketukan pintu membuatnya menoleh cepat. Mendapati seorang remaja seumurannya yang tengah menyengir lebar sampai matanya tenggelam.
"Eh Ren ?? Gue mau ambil rekap data class meet kemarin mau dibuat laporan sama Icha"
Reno mengangguk membiarkan sosok itu masuk dan mengambil satu map merah di atas meja.
"Lo gak pulang Ren ??"
Reno mengangkat pandangan. Tersenyum tipis.
"Bentar lagi Tra"
Sosok Sutra mengangguk.
![](https://img.wattpad.com/cover/269950083-288-k559480.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nakala ✓
FanfictionMinggu pertama dan ketiga milik mama. Minggu kedua dan keempat milik papa. Tenang, bolak balik dua rumah gak terlalu lelah kok. Cuman bikin muak aja. 🏅#1 nct pada masanya 🏅#1 00l pada masanya 🏅#1 nctlokal pada masanya