Nakala -9-

8.2K 1.1K 79
                                    

Naka itu pada dasarnya pemikir dengan hati yang rapuh. Sedikit saja hal yang salah dia akan langsung memasukkannya ke hati dan terpikirkan hal itu berulang kali.

Walaupun tau tak seharusnya dia berfikir demikian tapi tetap saja dia tidak bisa menghentikan pikiran-pikiran yang masuk ke kepalanya.

Menghela nafas pelan Naka mengangkat pandangan menatap pada roti selai coklat yang sudah ada di depannya.

Memakannya dengan tenang seolah dirinya tak merasa sesuatu yang salah disana. Berulang kali mencuri-curi pandang pada Reno yang duduk tepat di depannya.

"Ayah sibuk nanti malam ??"

Reno membuka suara memecah keheningan meja makan.

"Tidak juga. Kenapa Ren ??"

"Ada yang ingin aku diskusikan dengan ayah"

"Tentu datang saja ke ruangan ayah. Ngomong-ngomong ayah sudah dengar rencanamu menjadi ketua OSIS. Keren sekali" ucap ayah riang membuat senyum Reno merekah.

Sederhana sekali tapi membuat Naka yang hanya memperhatikan turut menarik senyum sama lebarnya.

"Tentu saja! Aku memang keren!"

"Eyy!!"

Jiel mencibir hampir melempari Reno dengan bulir nasi goreng di piringnya jika mama tidak melotot memperingati.

Naka terkekeh pelan sepertinya Reno dalam mood yang baik pagi ini. Dia yang awalnya ragu untuk mendekati sepertinya akan mencoba nanti. Tentu ini hanya perasaannya saja yang berlebihan.

Saat ayah akhirnya bangkit dan mengatakan selesai dengan sarapannya mereka semua kompak turut melakukan hal yang sama.

Berpamitan dengan mama dengan kecupan di pipi memang agak sedikit menggelikan tapi Naka tidak masalah menerimanya lain halnya dengan dua saudaranya yang cukup dengan mencium tangan mama saja.

"Aduh gue duluan ya mau piket"

Jiel dengan terburu-buru masuk ke mobilnya meninggalkan Naka dan Reno yang hanya bisa menggelengkan kepala takzim. Seolah terlalu terbiasa dengan pemandangan semacam itu.

"Ayo!"

Naka mengangguk mengikuti Reno untuk berangkat pagi ini.

Naka tidak suka suasananya. Canggung. Seolah mereka adalah orang asing. Atau hanya perasaanya saja ??

"Kak Ren"

Saat mobil Reno sudah keluar kompleks perumahan akhirnya Naka membuka suara.

"Hm ??"

"Untuk yang tadi malam maaf ya ??"

Reno melirik menemukan bagaimana Naka menatapnya membuat dia berdecak pelan.

"Kenapa jadi Lo yang minta maaf sih. Seharusnya gue yang minta maaf. Maaf ya ?? Gue lagi capek banget kemarin jadi emosinya malah kemana-mana dan gak kekontrol. Maaf ya ??"

Naka mengangguk semangat. Menghembuskan nafas lega. Beban dalam dadanya yang menghantui sedari dari serasa diangkat. Berlebihan sekali memang.

"Nggak papa. Kak Ren nggak salah kok"

Reno di sebelahnya hanya tersenyum tipis tapi tangannya yang bebas mengusap pelan kepala Naka membuat anak itu tidak bisa menahan senyumnya.

Sejujurnya Naka itu terlampau sederhana.

🌓🌓🌓

Arsen mencebik kesal melempar asal tasnya dan langsung meletakkan kepalanya pada bahu Naka.

Nakala ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang