"Nona Galatea Opheli de Agersia datang menghadapi Yang Mulia!"
Aku menundukkan kepalaku sejenak lalu mulai melangkah masuk ke dalam sebuah ruangan nan luar biasa megah. Setiap sudut ruangan ini dipenuhi dengan emas serta batu-batu mulia yang kujamin jika dijual semua sudah dapat memenuhi biaya kehidupanku serta keturunanku kelak.
"Ada apa datang kemari?"
Suara dingin ini, seperti yang tertulis dalam cerita, dia memang menganggap Galatea sebagai orang luar yang hanya menggantikan peran anaknya saja. "Saya datang kemari dengan harapan agar Yang Mulia mau mendengarkan permintaan kecil saya," sahutku sopan.
"Oh, setelah memalukan keluarga kerajaan kepada bangsawan-bangsawan lain kini kau ingin aku mengabulkan permintaanmu? Tak kusangka kau setidaktahu malu itu."
Ahahaha, sial sekali, emosi tapi mau bagaimana lagi karena inilah kenyataan pahit yang harus kuhadapi mengingat sejarah-sejarah buruk Galatea. "Maafkan saya Yang Mulia, saya menyadari kesalahan saya karena itu saya datang kemari dengan niatan ingin menghukum diri saya sendiri."
"Menghukum diri sendiri?"
"Benar, saya berniat untuk melepaskan kekayaan saya untuk sementara dan berkontribusi pada menara gelap selama empat bulan kedepan."
Benar, empat bulan sudah cukup bagi diriku berlindung di menara gelap. Pemeran utama wanita akan datang dalam kurun waktu dua bulan lagi, tetapi itu tak ada hubungannya dengan diriku karena aku datang ke menara gelap hanya untuk mengurung diri sekaligus mempersiapkan diri untuk kabur dari tempat ini.
Selain itu, empat bulan lagi akan menjadi hari dimana pria yang menjadi Raja saat ini akan mencapai ajalnya. Pada saat itu akan terungkap kabar kalau Velma adalah putri yang sebenarnya, kemudian konflik yang melibatkanku pun dimulai, berkat konflik itu diriku akan mati di tangan pemeran utama pria.
Namun kali ini tidak akan kubiarkan akhir seperti itu mendatangiku, aku akan mundur secara damai dari kerajaan ini tanpa perlu melakukan tindakan bodoh yang berada di dalam novel.
Happy ending untuk semua orang!
Duh, pintarnya diriku.
"Hm, empat bulan mengabdikan diri untuk menara gelap dengan alasan menjalani hukuman, kurasa itu bagus juga." Tentu saja bagus, aku paham sekali kalau kau sendiri ingin menyingkirkanku dari sini Yang Mulia Raja. "Tetapi kenapa kau tiba-tiba memiliki pemikiran ini?"
"Setelah saya berpikir semalaman, tampaknya ini adalah yang terbaik bagi saya untuk memikirkan kembali segala perbuatan buruk saya Yang Mulia, di menara gelap saya akan berusaha keras untuk berkontribusi sekaligus memikirkan kembali kesalahan saya."
Sang raja pun tampak mengangguk-anggukkan kepalanya saat mendengar alasanku yang sudah kubuat semasuk akal mungkin. "Lakukan semaumu saja, aku akan menghubungi menara gelap."
"Terima kasih, Yang Mulia!"
___________________
Saat ini diriku berada di koridor luar kerajaan, dan jujur patut kupuji keindahan tempat ini yang luar biasa asri. Tanaman merambat yang menghiasi pilar koridor, taman hijau yang tampak sangat terawat dan bunga-bunga dari berbagai warna yang menambah keindahan mata.
Andai aku bukan masuk ke tubuh penjahat yang hidupnya dapat menghilang barang satu kesalahan saja, mungkin aku dapat bersyukur sekali karena masuk ke dalam dunia ini.
"Galatea!"
Astaga, apa lagi ini?
Aku membalikkan badanku ke arah sumber suara dan mendapati seorang pria bersurai hitam dengan manik ungunya yang menatapku dengan tatapan dingin. Yap, satu lagi pemandangan indah di pagi hari ini, kurasa keluarga kerajaan memang dipenuhi dengan wajah-wajah luar biasa seperti ini ya.
Eum tapi, siapa dia?
Bodo ah, pura-pura kenal aja.
"Salam," sapaku singkat sambil menundukkan badan hormat ke arah pria itu. Seharusnya kata salam harus diiringi dengan nama orang yang di salam, hanya saja aku tak mengenalnya karena itu diriku harus berkata apa?
"Hm." Aku mendongakkan kepalaku untuk menatapnya dan tiba-tiba dia sudah berjalan mendekatiku kemudian mendorong tubuhku hingga menabrak pilar koridor taman. Tatapan matanya itu menatapku dengan sangat dingin dan diriku dapat merasakan dengan jelas hasrat membunuh yang datang dari arahnya. "Apa maumu kali ini?"
Huh?
"Belum cukup kau memalukan nama keluarga kerajaan terus-menerus, dan sekarang kau berani menunjukkan wajahmu di sini? Kurasa kau sudah mulai berhenti waspada akan keberadaanku disini, tapi percayalah, aku dapat dengan mudah menyuruh ayah membunuhmu dengan alasan sebagai hukuman atas semua perbuatanmu!"
Ah, sekarang aku mengenalnya. Sayang sekali wajah tampan jika harus diiringi dengan sikap seperti ini wahai Yang Mulia Pangeran Pertama, Aurelius Lucent de Agersia.
"Aku datang untuk meminta hukuman," balasku berterus terang.
Seketika hawa membunuh di sekitarnya mendadak hilang seketika dan digantikan dengan tatapan terkejut sekaligus bingung darinya. "Kau datang untuk meminta hukuman?"
"Ya, aku menyuruh Yang Mulia untuk menghukumku atas segala tindakanku, apa itu belum cukup? Apa aku masih harus menawarkan nyawaku sebagai ganti hukumannya baru kau akan puas?" sarkasku yang tanpa sadar berkata sesuka hati di karenakan rasa kesal melanda kepalaku saat ini.
Dia mengernyit heran dan mulai mengambil langkah mundur, berhenti menyudutkan diriku di tembok. Meski begitu, sekarang tangannya meraih daguku kemudian mengangkatnya ke atas seolah-olah memaksaku untuk menatap matanya dengan jarak yang sangat dekat.
"Kau kira aku percaya dengan ucapanmu?"
Tolonglah! Kupingku muak sekali mendengar semua ucapan yang sama ini. Apa mereka tidak ada inisiatif menggunakan kata lain begitu? Ah sudahlah, percuma membalas ucapan orang-orang seperti ini, menghabiskan tenaga!
Aku pun hanya mendiami dia dan tak menjawab apapun. Sampai akhirnya dia melepaskan genggamannya pada daguku dan mendecih pelan. "Terserahmu ingin melakukan apa selama kau tidak pernah muncul di hadapanku lagi, mataku sudah muak melihat wajahmu yang selalu membuat onar dan merusak apapun di hadapanmu!"
Dan pada saat itu juga dia pergi meninggalkanku di taman. Jiaelah, dikira kau doang yang muak dengan semua ini, aku juga muak cuy!
Fyuh, sabar-sabar, hanya perlu beberapa hari lagi sebelum aku berangkat ke menara gelap dan menjalani kehidupan normal di sana.
Semangat Galatea!
__________________
[Pangeran Pertama, Aurelius Lucent de Agersia]
Terima kasih banyak buat kalian yang meluangkan waktu untuk membaca cerita ini, kalau ada salah kepenulisan mungkin boleh minta koreksinya, jangan lupa vote dan commentnya yaa...
Sampai jumpa!
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Hard To Be A Villain
Fantasy[Special Réincarnation Series] Aku terjebak di dalam tubuh pemeran penjahat dari cerita yang pernah kubaca sebelumnya. Tubuh seorang putri palsu yang akan menemukan akhir mengerikannya. Yap, kupikir hanya itu yang terjadi, karena itu selagi diriku...